REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menjelaskan bahwa banyak penduduk suatu negeri yang hidup dalam kesenangan, kekayaan dan kecukupan. Kemudian penduduknya lalai terhadap perintah Allah SWT, selalu berbuat kerusakan dan tidak mensyukuri nikmat dari Allah SWT, maka mereka dibinasakan.
Kisah yang dijelaskan dalam Alquran ini menjadi sebuah pelajaran dan peringatan, agar para penduduk di negeri manapun tidak berbuat kerusakan, kezaliman dan kejahatan. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Qasas Ayat 58 dan tafsirnya.
وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ ۢ بَطِرَتْ مَعِيْشَتَهَا ۚفَتِلْكَ مَسٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِّنْۢ بَعْدِهِمْ اِلَّا قَلِيْلًاۗ وَكُنَّا نَحْنُ الْوٰرِثِيْنَ
Betapa banyak (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan karena kesenangan hidup membuatnya lalai. Maka, itulah tempat tinggal mereka yang tidak didiami (lagi) setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Kamilah yang mewarisinya. (QS Al-Qasas: 58)
Ayat ini mengandung arti, mereka tidak mengambil pelajaran dari sejarah generasi masa lampau yang mendapatkan sanksi dan kebinasaan. Padahal betapa banyak negeri bersama penduduknya sudah bersenang-senang dalam kehidupannya, tapi telah Allah binasakan akibat keangkuhan dan kedurhakaan penduduknya dengan tidak mensyukuri kenyamanan hidup yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.
Maka lihatlah, itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami lagi oleh manusia setelah mereka, karena penduduknya telah dipunahkan dan kediaman mereka sudah tidak layak huni, kecuali sebagian kecil yang digunakan secara singkat oleh orang-orang yang kebetulan melewatinya. Setelah kebinasaan para pendurhaka itu, tidak ada lagi yang memiliki kota itu, dan Kamilah yang mewarisinya. Setelah mereka hancur, tempat itu sudah kosong dan tidak dimakmurkan lagi, hingga kembalilah ia kepada pemiliknya yang hakiki yaitu Allah.
Tafsir Kementerian Agama menerangkan, ayat ini menjelaskan bahwa banyak penduduk negeri yang semula hidup bersenang-senang dengan kekayaan berlimpah ruah, tetapi karena mereka selalu membuat kerusakan dan tidak mensyukuri nikmat Allah, maka Allah menghancurkan negeri mereka dan hanya sedikit saja rumah-rumah mereka yang tersisa.
Padahal Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri selama penduduk negeri itu berbuat kebaikan. "Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Hud: 117).
Setelah kaum itu hancur, maka tempat tinggal mereka menjadi gersang dan tidak dimakmurkan lagi, hingga negeri itu kembali kepada pemiliknya yang hakiki, yaitu Allah.
"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." (QS An-Nahl: 112)