Rabu 07 Sep 2022 09:43 WIB

Erdogan Sebut Krisis Energi di Eropa Dipicu Sanksi Terhadap Rusia

Erdogan mengungkapkan, Eropa menuai apa yang mereka tabur terkait krisis energi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbincang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat bertemu di Sochi, Rusia, 5 August 2022.  Erdogan mengungkapkan, Eropa menuai apa yang mereka tabur terkait krisis energi.
Foto: EPA-EFE/VYACHESLAV PROKOFYEV / SPUTNIK / KREM
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbincang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat bertemu di Sochi, Rusia, 5 August 2022. Erdogan mengungkapkan, Eropa menuai apa yang mereka tabur terkait krisis energi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengomentari krisis energi yang kini tengah dihadapi Eropa. Menurutnya, hal itu terjadi karena sanksi yang diterapkan Benua Biru kepada Rusia sebagai bentuk dukungan terhadap Ukraina.

Erdogan mengungkapkan, Eropa menuai apa yang mereka tabur terkait krisis energi. “Sikap Eropa terhadap (Presiden Rusia Vladimir) Putin, sanksinya, membuat Putin, rela atau tidak, sampai pada titik mengatakan, ‘Jika Anda melakukan ini, saya akan melakukan itu’,” ucap Erdogan saat diwawancarai awak media di Ankara, Selasa (6/9/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Menurut Erdogan, saat ini Putin menggunakan semua sarana dan “senjatanya” untuk menghadapi sanksi Barat. “Sayangnya, gas alam adalah salah satunya,” ujarnya.

Erdogan berharap Turki tak mengalami krisis energi tahun ini. “Saya pikir Eropa akan memiliki masalah serius musim dingin ini. Kami tidak memiliki situasi seperti itu,” katanya.

Pada 31 Agustus lalu, perusahaan gas Rusia, Gazprom, telah mengumumkan penangguhan total pasokan gas ke Jerman yang disalurkan lewat pipa Nord Stream. “Pasokan (gas) lewat Nord Stream sepenuhnya terhenti karena pekerjaan pencegahan dimulai hari ini di unit kompresor gas,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan singkat.

Awalnya Gazprom menyebut, pekerjaan di unit kompresor itu bakal berlangsung hingga 3 September lalu. Namun Gazprom telah mengumumkan bahwa penangguhan pasokan gas via Nord Stream masih akan berlanjut tanpa batas waktu yang ditentukan. Kepala Badan Jaringan Federal Jerman Klaus Mueller mengatakan, secara teknis, keputusan Gazprom tak dapat dipahami.

Menurutnya, pekerjaan pemeliharaan Nord Stream hanyalah dalih Moskow untuk menggunakan pasokan energi sebagai ancaman. Mueller menilai, Rusia membuat “keputusan politik” setiap mengumumkan adanya “pekerjaan pemeliharaan” Nord Stream.

Gazprom juga telah menangguhkan pasokan gas ke perusahaan energi Prancis, Engie. Hal itu dilakukan karena Engie tak kunjung melakukan pembayaran. Saat ini Jerman, Prancis, Italia, dan beberapa negara Eropa lainnya telah menyerukan warganya untuk melakukan penghematan energi menjelang musim dingin.

Saat ini harga energi di Eropa mengalami lonjakan. Hal itu karena Rusia telah membatasi pasokan gasnya ke wilayah tersebut sejak pecahnya konflik di Ukraina. Bulan lalu Gazprom mengumumkan bahwa mereka akan memangkas pasokan gas alam lewat pipa Nord Stream hingga 20 persen dari kapasitas atau menjadi 33 juta meter kubik per hari. Gazprom beralasan, langkah itu diambil karena adanya perbaikan peralatan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement