REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan menyebutkan jumlah titik panas yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama Januari-Agustus 2022 mengalami penurunan dibanding periode yang sama 2021. "Berdasarkan data Januari hingga Agustus tercatat sekitar 1.750 titik panas atau mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 2.000 lebih titik panas," kata Kepala BPBD Sumsel Iriansyahdi Palembang, Rabu (7/9/2022).
Ia menyebutkan, penurunan itu karena saat musim kemarau tahun ini masih terdapat banyak hujan. Dia menjelaskan, titik panas terbanyak terpantau di dua kabupaten yang tergolong rawan terjadi karhutla yakni Kabupaten Musi Banyuasin dan Musirawas masing-masing terdapat 200 lebih titik panas.
"Daerah yang terpantau titik panas dilakukan operasi pendinginan oleh tim BPBD didukung TNI/Polri, dan Manggala Agni melalui patroli darat dan udara untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Menurut dia, pihaknya bersama tim gabungan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Sumsel pada musim kemarau tahun ini intensif melakukan pemantauan perkembangan titik panas untuk mencegah terjadinya karhutla yang dapat mengakibatkan bencana kabut asap. Tim gabungan sejak Maret hingga September 2022 ini terus didorong intensif memantau perkembangan titik panas di daerah rawan karhutla seperti Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin dan Kabupaten Musirawas.
Untuk melakukan pemantauan titik panas yang berpotensi menjadi titik api dan mengakibatkan karhutla, ditingkatkan kegiatan patroli darat dan udara menggunakan beberapa helikopter. Selain itu pihaknya juga rutin melakukan rapat koordinasi dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan di provinsi yang memiliki kawasan hutan dan lahan gambut yang cukup luas mencapai jutaan hektare.
Guna mengawasi hutan dan lahan di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu, memerlukan kerja sama dan dukungan semua pihak. Selain itu partisipasi masyarakat juga memiliki peran yang besar dalam melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan karhutla yang dapat terjadi pada setiap musim kemarau.
"Melalui upaya tersebut diharapkan kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau tahun ini bisa dikendalikan dengan baik sehingga bencana kabut asap yang dapat mengganggu berbagai aktivitas dan kesehatan masyarakat dapat dihindari," ujar Iriansyah.