Rabu 07 Sep 2022 20:24 WIB

Penganiayaan Santri, Wapres: Jangan Mendiskreditkan Pesantren

Ponpes tidak pernah mendidik santrinya untuk melakukan tindak kekerasan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Presiden Maruf Amin.
Foto: BPMI Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta kasus dugaan penganiayaan santri di Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, tidak kemudian mendiskreditkan atau memojokkan citra pesantren secara keseluruhan. Kiai Ma'ruf menegaskan, tidak dibenarkan ada kekerasan di lembaga pendidikan maupun pesantren.

Karena itu, dia mendukung penuntasan kasus yang mengakibatkan seorang santri meninggal dunia tersebut. "Kalau memang ada dari pihak keluarga (minta) untuk diproses segera bisa diproses saja, tetapi kejadian itu kita harapkan memang tidak kemudian mendiskreditkan pesantren," kata Ma'ruf dalam keterangan persnya saat kunjungan kerja di Palembang, seperti dikutip dari saluran Youtube Wapres, Rabu (7/9).

Baca Juga

Meskipun terdapat kasus penganiayaan, tetapi bersifat kasuistik. Dia menegaskan, pondok pesantren tidak pernah mendidik santrinya untuk melakukan tindak kekerasan. Sebaliknya, pondok pesantren mendidik santrinya paham ilmu agama dan berakhlak mulia. "Jadi pesantren tujuannya dua, satu memberi ilmu agama paham agama bahasa kiainya muttafaqihina fiddin, yang kedua memiliki akhlak yang mulia," katanya.

Untuk itu, Pemerintah memberikan perhatian ke sejumlah kasus dugaan kekerasan yang terjadi di pesantren beberapa waktu terakhir. "Belakangan ada terjadi ini memang menjadi perhatian kita, kenapa? mestinya kan akhlaknya ini dibangun untuk menghormati satu sama lain, menghargai mencintai, kenapa ini terjadi ini memang menjadi perhatian kita," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Sebelumnya, Wapres melalui Juru Bicaranya menekankan agar tidak terjadi lagi kekerasan di lembaga pendidikan baik sekolah maupun pesantren. Ini berkaitan dengan dugaan penganiayaan di Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur yang mengakibatkan  salah satu santri AM (17 tahun) meninggal 22 Agustus 2022.

"Tentu saja Wapres memberikan satu arahan agar jangan sampai terjadi kekerasan yang seperti itu lagi di lembaga pendidikan, apakah itu pesantren ataupun lembaga pendidikan berasrama yang lain ataupun apakah yang berlatar belakang agama ataupun tidak," kata Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi dalam keterangannya, Selasa (6/9).

Masduki mengatakan, Wapres juga meminta agar lembaga pendidikan lain mengambil pelajaran dari adanya kasus ini. Dia menegaskan, jangan sampai ada lembaga pendidikan lain yang juga terdapat tindak kekerasaan yang bahkan menimbulkan kematian.

Sebab, kasus kekerasan di lembaga pendidikan ini bukan sekali terjadi, tetapi sudah beberapa kali. "Jadi, ini saya kira kita ambil pelajaran kepada lembaga pendidikan yang lain agar jangan terjadi seperti itu lagi. Karena ini kan beruntun ya," katanya.

Terkait insiden dugaan penganiayaan di Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, Wapres, kata Masduki meminta agar kasus ini ditangani aparat kepolisian dengan tuntas. Terlebih, manajemen Ponpes Gontor bersedia terbuka untuk membuka kasus ini secara terang.

"Jadi,kita berharap bahwa ini bisa segera selesai, kasus ini bisa segera terungkap, dan duduk perkaranya semuanya terjelaskan dan terselesaikan dan proses hukumnya bisa dilanjutkan," kata dia.

Selain itu, Wapres juga meminta agar proses belajar mengajar di Gontor tidak terganggu dengan adanya kasus ini. "Pastikan bahwa proses belajar mengajar di Gontor itu tidak terganggu oleh kasus ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement