REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintahan Perdana Menteri Liz Truss menjadi kabinet dengan latar belakang paling beragam dalam sejarah Inggris. Perdana menteri dan wakilnya perempuan sementara jabatan menteri utama diisi politisi kulit hitam dan Asia Selatan.
Walaupun berasal dari berbagai latar belakang tetapi para menteri memiliki pandangan yang sama dengan Truss terutama mengenai ukuran pemerintah, pasar bebas dan pro-Brexit. Pemerintah yang beragam ini mencerminkan upaya Partai Konservatif untuk mengubah citranya dari partai "pria kulit putih."
Mantan Perdana Menteri David Cameron yang memimpin partai itu dari tahun 2005 sampai 2016 mendorong perubahan tersebut. Tapi perubahan di jajaran atas partai yang memiliki anggota 172 ribu orang itu tidak berdampak banyak pada akar rumputnya yang masih didominasi pria dan kulit putih.
Hanya 24 persen anggota legislatif dari Partai Konservati yang perempuan dan hanya 6 persen yang berasal dari etnis minoritas. Partai Buruh yang merupakan oposisi utama lebih beragam dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari pemilih yang bukan kulit putih.
Namun partai itu belum memiliki pemimpin yang bukan pria kulit putih. Truss merupakan perdana menteri perempuan Partai Konservatif ketiga.
Berikut pejabat-pejabat penting pemerintah Liz Truss.
Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng
Menteri keuangan kulit hitam pertama Inggris ini merupakan teman dan sekutu lama Truss. Sepuluh tahun yang lalu mereka menulis artikel politik yang berjudul “Britannia Unchained." Dalam artikel itu mereka mengklaim buruh Inggris "salah satu pekerja paling malas di dunia."
Kwarteng yang lahir di London dari orang tua asal Ghana belajar di Eton College, sekolah swasta bergengsi yang beberapa aluminya terpilih menjadi perdana menteri termasuk Boris Johnson. Kwarteng melanjutkan pendidikannya di Cambridge University dan meraih gelar PhD di bidang sejarah ekonomi. Ia salah satu cendikiawan Partai Konservatif yang terkenal.
Ia sangat penting bagi upaya Truss mengatasi krisis biaya hidup yang dipicu kenaikan harga energi. Truss berjanji membantu keluarga dan bisnis yang kesulitan membayar tagihan mereka. Tapi Truss dan Kwarteng lebih memilih memotong pajak dibanding memberikan bantuan langsung tunai.
Menteri Luar Negeri James Cleverly
Cleverly berdarah campuran, ayahnya kulit putih Inggris sementara ibunya kulit hitam dari Sierra Leone. Mantan tentara itu terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2015.
Ia dikenal pragmatis dan ramah, pernah menjabat di Kementerian Luar Negeri sebagai wakil menteri untuk Eropa dan Timur Tengah dan menjabat sebagai menteri pendidikan di pekan-pekan terakhir pemerintahan Johnson. Kini ia menjadi menteri luar negeri kulit hitam pertama Inggris.
Menteri Dalam Negeri Suella Braverman
Menteri Dalam Negeri Inggris yang baru ini lahir di London dari orang tua etnis India yang bermigrasi ke Inggris dari Kenya dan Mauritius. Sebagai menteri dalam negeri Braverman bertanggung jawab pada ketertiban umum dan imigrasi.
Pengacara yang belajar di Cambridge itu mendukung kebijakan kontroversial pendahulunya Priti Patel untuk mengirim pencari suaka yang tiba ke Inggris ke Rwanda. Ia menjabat sebagai jaksa agung selama pemerintahan Johnson.
Braverman menuduh pengadilan ikut campur dalam politik dan mengatakan Inggris harus keluar dari Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Seperti beberapa anggota pemerintah Inggris yang baru ia mengadopsi posisi "anti-woke" atau anti-progresif dalam isu-isu budaya.
Ia menyamakan pelatihan keanekaragaman pegawai negeri dengan perburuan penyihir di abad pertengahan.