REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Komite Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp 50 juta kepada PSCS Cilacap. Sanksi diberikan usai PSCS menjamu Persijap Jepara dalam laga lanjutan Liga 2 2022/2023 putaran pertama di Stadion Wijayakusuma, Cilacap, Jawa Tengah, Senin (29/8).
Dalam siaran pers PSCS Cilacap yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (7/9/2022) malam, Komdis PSSI menilai adanya pelanggaran disiplin yang dilakukan Klub PSCS sehingga menerbitkan dua surat keputusan perihal tanggung jawab terhadap tingkah laku buruk penonton, masing-masing bernomor 006/L2/SK/KD-PSSl/IX/2022 dan 007/L2/SK/KD-PSSl/IX/2022.
Dalam surat bernomor 006/L2/SK/KD-PSSl/IX/2022 disebutkan ada lebih dari satu orang suporter masuk mendekat ke arah lapangan dan mendorong pemain tim Persijap Jepara. Ini diperkuat dengan bukti-bukti yang cukup untuk menegaskan terjadinya pelanggaran disiplin sehingga PSCS Cilacap diberi sanksi denda Rp25 juta.
Sementara dalam surat bernomor 007/L2/SK/KD-PSSl/IX/2022 disebutkan adanya pelemparan satu buah smoke bomb berwarna biru oleh suporter PSCS serta diperkuat dengan bukti-bukti yang cukup untuk menegaskan terjadinya pelanggaran disiplin sehingga tim yang berjuluk Hiu Selatan itu mendapat sanksi denda Rp 25 juta.
Terkait dengan adanya dua pelanggaran disiplin yang berujung dengan sanksi denda total Rp 50 juta, CEO PSCS Cilacap Fanny Irawatie mengharapkan penonton dan suporter lebih tertib saat menyaksikan pertandingan.
"Pelanggaran yang dilakukan oleh oknum suporter tentu sangat merugikan klub dan semuanya. Ke depan, semua harus tertib dan taat aturan supaya PSCS tidak didenda," kata Fanny.
Fanny mengakui kehadiran suporter ke stadion sangat diharapkan oleh PSCS namun semuanya harus patuh terhadap regulasi. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh suporter PSCS untuk tidak mengulangi pelanggaran tersebut dan mematuhi semua peraturan yang diterapkan di stadion. "Jika pelanggaran ini terjadi terus, maka Komdis PSSI akan memberikan hukuman yang lebih berat," jelasnya.
Terkait dengan hal itu, Fanny mengharapkan dalam laga-laga ke depan tidak ada lagi suporter yang masuk ke lapangan, tidak ada lagi smoke bomb, flare, dan sejenisnya. "Rasa kecewa dan amarah tentu sama-sama kita rasakan. Namun kalau ada tindakan yang kemudian merugikan klub, maka tidak bisa dibenarkan," kata dia.