Jumat 09 Sep 2022 05:15 WIB

Jepang dan Korsel Sepakat Perkuat Hubungan Nuklir

Jepang, Korsel dan AS sepakat perkuat hubungan keamanan hadapi uji coba nuklir Korut

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perwakilan nuklir Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) sepakat perkuat hubungan keamanan dalam menghadapi potensi "provokasi" Korea Utara (Korut) dalam bentuk uji coba nuklir. Tahun ini Korut sering menggelar uji coba nuklir.

Sementara AS memperingatkan Pyongyang dapat menjual senjata-senjatanya ke Rusia. Pertemuan trilateral di Tokyo bagian dari serangkaian pertemuan dua bulan terakir termasuk pertemuan penasihat keamanan di Hawaii pekan lalu.

"Korut melanjutkan dan bahkan mempercepat kapabilitas rudal dan nuklirnya, dan terdapat lonjakan kemungkinan provokasi lebih lanjut, termasuk uji coba nuklir," kata perwakilan Jepang Takehiro Funakoshi sebelum pertemuan, Rabu (7/9/2022).

"Di saat yang sama, kami masih terbuka untuk menggelar dialog dengan Korut," katanya, ia menambahkan Pyongyang selalu menyambut negosiasi, sentimen yang didukung perwakilan AS Sung Kim dan Korsel Kim Gunn.

Sung Kim yang juga Duta Besar AS untuk Indonesia mengatakan Washington siap untuk setiap kontingensi. "Garis bawah kami tidak berubah, tujuan kami masih menyelesaikan denuklirisasi Semenanjung Korea," katanya.

Dalam pernyataannya Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan tiga negara semakin cemas dengan aktivitas Pyongyang akhir-akhir ini. Kecepatan uji coba rudal Korut tahun ini tidak seperti biasanya.

Pada pertengahan Agustus lalu Korut menembakan dua rudal jelajah dari pantai timur negara itu setelah Korsel dan AS menyelesaikan latihan gabungan terbesar mereka dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang selalu mengecam latihan itu sebagai persiapan perang.

Penasihat keamanan nasional Korsel, Kim Sung-han mengatakan setelah pertemuan Hawaii, ia dan rekan-rekannya dari dua negara lainnya sepakat tidak akan ada respon "lunak" bila Korut menggelar uji coba nuklir. Ia tidak memberikan detailnya, tapi sebelumnya pemerintah Korsel mengatakan akan memberlakukan lebih banyak sanksi.

Korut juga dikhawatirkan menjual senjata-senjata ke Rusia, sekutu lamanya sejak Perang Dingin. Pada Selasa (6/9) kemarin Gedung Putih mengatakan Rusia dapat membeli "jutaan" artileri dan roket dari Pyongyang walaupun tidak ada indikasi sudah ada pembelian yang dilakukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement