REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Athiful Khoiri, Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Depok Sleman
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Hadirin yang dimuliakan Allah
Terlebih dahulu, kami mengajak kepada jamaah sekalian untuk senantiasa mempersembahkan rasa syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat, nikmat, dan karunia yang tiada terperikan, sehingga pada siang hari ini, kita masih diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah shalat Jumat, kewajiban sebagai insan yang beriman, sembari bersilaturahim dengan keluarga, kerabat, sanak-saudara, juga tetangga kita.
Shalawat atas Nabi Muhammad saw. selalu kita lantunkan di setiap waktu, di mana saja, dengan harapan kelak di Hari Kemudian syafaat beliau yang kita harapkan. Banyak teladan perjuangan yang beliau contohkan, semata-mata menjadi bekal dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Tidak sedikit, Al-Qur’an menceritakan sosok pemuda ideal dalam berbagai peristiwa. Tidak hanya sebatas memuji, Kitab Suci ini-pun menjadikannya teladan dalam kebaikan sepanjang zaman. Kita mengenal Ibrahim, potret pemuda yang gigih menegakkan tauhid di tengah kepungan kesyirikan yang merajalela.
إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةٗ قَانِتٗا لِّلَّهِ حَنِيفٗا وَلَمۡ يَكُ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
Artinya: “Sungguh, Ibrahim adalah imam yang layak dijadikan teladan, lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali dia bukanlah pelaku syirik.” (QS. An-Nahl/16: 120).
Ibrahim adalah nabi keenam dalam Islam, dan Ia bergelar khalilullah (kekasih Allah). Semasa remaja, Ibrahim sering bertanya kepada ayahnya tentang Tuhan, tetapi tidak dihiraukannya. Rasa penasaran Ibrahim meneguhkan niatnya untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya, karena Ibrahim menolak anggapan bahwa patung berhala adalah dewa: yang dapat memberi makan dan perlindungan.
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغٗا قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ
Artinya: “Ketika malam telah gelap, Ia melihat sebuah bintang (lalu) berkata, “Inilah Tuhanku,” tetapi tatkala bintang itu tenggelam Ia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” Kemudian tatkala Ia melihat bulan terbit (lalu) berkata, “Inilah Tuhanku,” tetapi setelah bulan itu terbenam, Ia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.” Kemudian tatkala Ia melihat matahari terbit, lalu berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.” Maka tatkala matahari itu terbenam, Ia berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. Al-An’am/6: 76-78).
Kisah-kisah Ibrahim yang lain dalam hal meneguhkan kalimat tauhid banyak kita jumpai dan sering diwartakan dalam Al-Qur’an.