Jumat 09 Sep 2022 06:51 WIB

Pangeran Charles Naik Takhta, Publik Soroti Reputasinya yang Penuh Kontroversi

Kegagalan rumah tangga Charles dengan mendiang Putri Diana masih menjadi sorotan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pangeran Charles
Foto: EPA-EFE/VICKIE FLORES
Pangeran Charles

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Charles naik takhta menjadi raja Inggris, selepas kematian ibunya Ratu Elizabeth II pada Kamis (8/9) waktu setempat. Mendiang Ratu Elizabeth II sangat populer dan dihormati, sementara Charles memiliki reputasi yang dinilai penuh kontroversi

Para kritikus menilai, peran Charles sebagai raja baru sangat lemah. Dia tidak siap untuk menjalani peran yang berdaulat. Kegagalan rumah tangga Charles dengan mendiang Putri Diana hingga kini masih menjadi sorotan. 

Baca Juga

Sepanjang hidupnya, Charles telah terjebak di antara monarki yang modern. Dia berusaha menemukan tempatnya dalam masyarakat yang cepat berubah dan lebih egaliter, sembari mempertahankan tradisi yang memberi daya pikat pada institusi tersebut. Ketegangan itu dapat dilihat melalui kehidupan putra-putranya sendiri.  

Putra tertua Charles, William (40 tahun) yang merupakan pewaris takhta, menjalani kehidupan tugas tradisional, pekerjaan amal dan militer. Sementara putra bungsunya Harry (37 tahun), tinggal di luar Los Angeles bersama mantan aktris Amerika Serikat, Meghan, dan keluarganya. Mereka menempa karier baru yang lebih sesuai dengan Hollywood daripada Istana Buckingham.

Sejak lahir Charles Philip Arthur George telah disiapkan untuk menjadi raja. Dia lahir di Istana Buckingham pada 14 November 1948, tepatnya pada tahun ke-12 pemerintahan kakeknya, Raja George VI. Charles berumur empat tahun ketika menjadi pewaria takhta, setelah ibunya  menjadi ratu pada 1952.

Charles menjalani pengasuhan yang berbeda dari para pewaris takhta sebelumnya. Para pendahulunya dididik oleh tutor pribadi. Sementara Charles bersekolah di Hill House di London Barat, yang kini menjadi asrama di Cheam School di Berkshire. 

Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke Gordonstoun, yaitu sebuah sekolah asrama di Skotlandia. Charles menggambarkan sekolah asrama itu sebagai neraka. Dia mengaku kesepian dan kerap diintimidasi.

Charles kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi ke Trinity College, Cambridge, untuk belajar arkeologi dan antropologi fisik dan sosial. Selama studinya, dia secara resmi dinobatkan sebagai Pangeran Wales, yaitu gelar yang secara tradisional dipegang oleh pewaris takhta, dalam sebuah upacara besar pada 1969. Tahun berikutnya Charles menjadi pewaris Inggris pertama yang menerima gelar.

Seperti banyak bangsawan sebelumnya, dia bergabung dengan angkatan bersenjata. Awalnya dengan Angkatan Udara Kerajaan pada 1971 dan kemudian dengan Angkatan Laut. Charles naik pangkat untuk memimpin kapal penyapu ranjau HMS Bronington, sebelum mengakhiri layanan aktif pada 1976.

Sebagai seorang pangeran muda, Charles merupakan sosok pria gagah dan sporty yang menyukai ski, selancar, dan scuba diving.  Dia adalah pemain polo yang mumpumi dan menjadi joki di sejumlah balapan kompetitif.  Pada 1979, paman buyutnya Lord Mountbatten, yang dia gambarkan sebagai "kakek yang tidak pernah saya miliki", tewas dalam pemboman Tentara Republik Irlandia (IRA). Charles telah kehilangan sosok yang sangat mempengaruhinya.

"Sepertinya fondasi dari semua yang kita sayangi dalam hidup telah terkoyak dan tidak dapat diperbaiki lagi," kata Charles waktu itu.

Saat meninggalkan Angkatan Laut pada  1976, Charles mencari peran dalam kehidupan publik karena tidak ada pekerjaan konstitusional yang jelas untuk ahli waris. "Itulah yang membuatnya begitu menarik, menantang dan tentu saja rumit," ujarnya tentang peran sebagai pewaris takhta, dalam sebuah film dokumenter untuk menandai ulang tahunnya yang ke-70.

Namun, bagi banyak orang di Inggris dan sekitarnya, Charles akan selalu dikaitkan dengan pernikahannya yang gagal dengan Lady Diana Spencer dan perselingkuhannya dengan Camilla Parker Bowles. Ketika Charles dan Diana menikah pada 1981, keduanya dinilai sebagai pasangan sempurna untuk meneruskan takhta kerajaan.

Kehidupan rumah tangga Charles dan Diana berjalan dengan baik. Mereka dikaruniai dua putra yaitu William dan Harry yang masing-masing lahir pada 1982 dan 1984. Namun sebenarnya pernikahan mereka memiliki masalah. Diana menyalahkan Camilla atas kehancuran rumah tangganya pada 1992. Diana dan Charles kemudian bercerai pada 1996.

Ketika Diana tewas dalam kecelakaan mobil di Paris pada 1997, popularitas Charles merosot. Hubungan Charles dan Camilla menjadi sorotan media Inggris.  Pada 2005 Charles akhirnya menikahi Camilla, yang telah menjadi sorotan publik. Namun, bayangan Diana tetap ada, dan hidupnya terus memikat publik.  

Penulis biografi Tom Bower mengatakan, Charles berkomitmen pada isu-isu lingkungan. Tetapi dia keras kepala dan tidak dapat menerima kritik.

"Dia adalah orang yang ingin berbuat baik, tetapi tidak mengerti bahwa konsekuensi dari banyak tindakannya menyebabkan banyak masalah," kata Bower.

Pada Juni, media melaporkan, Charles telah terlibat dalam pertengkaran dengan pemerintah mengenai kebijakan mengirim pencari suaka ke Rwanda. Charles menyebut kebijakan itu sangat mengerikan.

"Jika dia tidak terlalu berhati-hati, mereka yang tidak setuju dengan intervensi politiknya yang provokatif juga dapat menyimpulkan monarki konstitusional Inggris tidak lagi layak dipertahankan," kata Daily Mail dalam editorialnya.

Charles sangat peduli dengan lingkungan dan kerap melakukan kampanye tentang krisis perubahan iklim.  Pada konferensi COP26 Perserikatan Bangsa-Bangsa di Inggris pada 2021, Presiden AS Joe Biden memuji kepemimpinan Charles dan upaya dia dalam mengatasi krisis iklim.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement