Jumat 09 Sep 2022 09:36 WIB

'God Save the Queen' Menggema di Istana Buckingham

Ribuan orang berkumpul di luar Istana Buckingham dan menyanyikan God Save the Queen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Foto Ratu Elizabeth II dari Inggris dipasang di jalan London, Kamis, 8 September 2022, setelah kematiannya diumumkan. Ratu Elizabeth II, raja paling lama memerintah Inggris dan batu stabilitas di sebagian besar abad yang bergejolak, meninggal Kamis setelah 70 tahun di atas takhta. Dia berusia 96 tahun.
Foto: AP/Christophe Ena
Foto Ratu Elizabeth II dari Inggris dipasang di jalan London, Kamis, 8 September 2022, setelah kematiannya diumumkan. Ratu Elizabeth II, raja paling lama memerintah Inggris dan batu stabilitas di sebagian besar abad yang bergejolak, meninggal Kamis setelah 70 tahun di atas takhta. Dia berusia 96 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ribuan orang berkumpul di luar Istana Buckingham, London sambil meneteskan air mata dan menyanyikan "God Save the Queen". Pelangi melengkung di atas cakrawala London sesaat sebelum para simpatisan terdiam ketika istana menurunkan bendera Union Jack menjadi setengah tiang, yang menandakan kematian raja atau ratu.

“Kami tumbuh dengan dia (Ratu Elizabeth II), dan dia selalu berada di sana,” kata seorang konsultan Margaret Parris, sembari terisak.

Baca Juga

Parris telah menempuh perjalanan 32 kilometer ke Istana Buckingham setelah mendengar kabar bahwa ratu jatuh sakit. Elizabeth meninggal dengan tenang di rumahnya di Skotlandia, pada usia 96 tahun. Putra sulungnya Charles (73 tahun), kini naik takhta menjadi raja.

Suasana di lapangan terbuka di depan Istana Buckingham sangat berbeda tiga bulan lalu. Ketika itu Sang Ratu muncul di balkon dengan sorakan besar dari orang-orang yang bersuka ria menikmati perayaan Platinum Jubilee yang menandai 70 tahun dirinya berkuasa di atas takhta.

Pada Kamis (8/9/2022) rasa cemas warga berubah menjadi syok ketika berita kematian ratu diumumkan.  Istana memasang pemberitahuan resmi di gerbang luar. Warga London dan turis berkerumun melihat pengumuman itu. Ribuan orang mulai berdatangan, dan beberapa diantaranya membawa bunga.

"Rasanya seperti menyaksikan sejarah, jadi kami bergegas ke istana," kata Nabeel Dockrat, seorang turis dari Afrika Selatan.

Di Istana Buckingham, siswa berusia 22 tahun Adam Wilkinson-Hill tiba dengan seikat bunga lili putih atas nama dirinya dan sekelompok teman-temannya yang tidak bisa berada di ibu kota. Dia sangat terkejut dengan kematian Sang Ratu.

"Ini kejutan besar bagi bangsa," katanya.

Pangeran Charles mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas kematian sang ibu.

"Kematian ibuku tercinta, Yang Mulia Ratu, adalah momen kesedihan terbesar bagi saya dan semua anggota keluarga saya," kata Charles yang kini naik takhta menjadi raja Inggris.

"Kami sangat berduka atas meninggalnya seorang Penguasa yang disayangi dan seorang ibu yang sangat dicintai. Saya tahu kehilangannya akan sangat dirasakan di seluruh negeri, dan Persemakmuran, dan oleh banyak orang di seluruh dunia," ujar Charles menambahkan.

Kabar tentang memburuknya kesehatan ratu beredar luas setelah tengah hari pada Kamis. Dokter yang merawat ratu mengatakan, ratu berada di bawah pengawasan medis yang ketat. Dokter  meminta keluarga kerajaan untuk bergegas ke Skotlandia dan mendampingi ratu.

Pejabat kerajaan mengatakan, Raja Charles dan istrinya Camilla akan tetap berada di Kastil Balmoral sebelum kembali ke London pada Jumat (9/9).  Charles akan menyampaikan pidato dan bertemu dengan Perdana Menteri Liz Truss. Sementara rincian pemakaman ratu hingga kini belum dirilis.

Setelah kematian Elizabeth, Charles secara otomatis menjadi raja Inggris dan pemimpin dari 14 kerajaan lain termasuk Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Charles diperkirakan akan mengunjungi semua negara persemakmuran Inggris dalam beberapa hari mendatang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement