Sabtu 10 Sep 2022 01:11 WIB

Sejarah Masjid Umayyah, Bangunan Indah yang Dibangun pada Masa Kejayaan Islam

Masjid Umayyah terus menginspirasi penciptaan banyak masjid lain di abad berikutnya.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
  Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Sejarah Masjid Umayyah, Bangunan Indah yang Dibangun pada Masa Kejayaan Islam
Foto: albumislam.com
Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. Sejarah Masjid Umayyah, Bangunan Indah yang Dibangun pada Masa Kejayaan Islam

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pada 1184 masehi, seorang musafir Andalusia, ahli geografi, dan penyair Abul Husain Muhammad Ibn Ahmad ibn Jubair mengunjungi Damaskus. Kala memasuki kota, dia tertegun dengan keindahan kota dan bangunan yang asa di dalamnya.

Perkataannya yang terkenal menyebut, "jika surga ada di bumi maka Damaskus tanpa keraguan ada di dalamnya. Jika ada di langit, maka ia bersaing dengannya dan berbagi kemuliaan." Padahal Jubair terkenal dengan berbagai catatan perjalanannya ke banyak wilayah, mulai dari Arab Saudi, ke Mesir dan wilayah Levant, juga melewati Sisilia, Italia, dan negara-negara lain.

Baca Juga

Dilansir dari Middle East Eye, Rabu (7/9/2022), keindahan yang mencolok dalam masa itu adalah masjid Umayyah. Sebuah masjid yang megah dan selesai dibangun pada tahun 715 oleh Khalifah Umayyah keenam, al-Walid. Masjid ini dibangun di atas situs yang telah digunakan terus-menerus selama beberapa milenium sebagai rumah ibadah.

Dulunya ada kuil yang dibangun oleh orang Aram kuno, dan kemudian orang Romawi. Ketika Suriah berada di bawah kekuasaan Bizantium Kristen, kuil tua itu diubah menjadi katedral. Pada tahun 634 Damaskus menjadi kota Bizantium besar pertama yang ditaklukkan oleh penguasa Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Rashidun pertama Abu Bakar dan jenderalnya Abu Ubaidah dan Khalid ibn-al Walid.

Dari kedatangan Islam hingga tahun 715, ketika Walid memulai pembangunan masjid baru katedral lama berfungsi sebagai ruang sholat bagi komunitas Kristen dan Muslim di kota itu. Selama 80 tahun kedua komunitas menggunakan rumah ibadah itu. Namun seiring dengan pertumbuhan komunitas Muslim, ada kebutuhan akan ruang sholat yang lebih banyak. Sehingga bangunan ini difungsikan penuh sebagai masjid dan umat Kristen dibuatkan bangunan baru.

Pembangunan masjid

Pembangunan masjid ini dimulai ketika belum ada gagasan tentang seperti apa seharusnya rumah ibadah Muslim. Seperti diketahui, masjid-masjid yang ada di Madinah, Makkah, dan Kufah, berukuran kecil, dan tidak seambisius apa yang Walid pikirkan. Ia menginginkan sesuatu yang menawarkan cita rasa surga Islam yang ditawarkan kepada umat beriman.

Walid kemudian memerintahkan agar setiap ruang yang ada di atas panel marmer dinding bawah ditutup dengan mozaik, di bagian dalam dan luar masjid. Sementara arsitektur Bizantium secara teratur memanfaatkan mosaik, sebuah proyek besar yang belum pernah dicoba sebelumnya.

Seluruh masjid ditutupi gambar taman surga yang fantastis atau seperti yang diklaim beberapa orang, lanskap luas dan beragam yang diatur oleh Umayyah, yang membentang pada puncaknya dari Spanyol di Eropa barat hingga Sindh di Pakistan modern. Semuanya dicat emas dengan mosaik batu berwarna-warni.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement