Jumat 09 Sep 2022 14:59 WIB

Meyakini Sabda Nabi

Meyakini kebenaran  sabda Nabi adalah wajib.

Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi) Semoga kita meyakini sabda Nabi kendati tidak pernah bertemu dengannya.
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi) Semoga kita meyakini sabda Nabi kendati tidak pernah bertemu dengannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh  Syamsul Yakin

 

Meyakini kebenaran  sabda Nabi adalah wajib. Misalnya, sabda beliau yang bersumber dari Anas bin Malik dan dikutip Syaikh Muhammad bin Abu Bakar, "Semua umatku apabila di pagi hari membaca dua belas kali ayat kursi, lalu berwudhu dan shalat Subuh, maka Allah akan menjaganya dari kejahatan setan. Membaca ayat kursi tersebut seperti orang yang membaca seluruh Alquran sebanyak tiga kali. Pada hari kiamat akan dipakaikan mahkota  dari cahaya yang dapat menerangi semua orang yang ada di dunia.”

Kemudian Anas bertanya,  “Ya Rasulullah, apakah setiap hari membacanya?" Nabi menjawab, "Tidak,  tetapi cukup satu Jumat saja seumur hidup."

Terkait dengan hadits ini terdapat satu hikayat yang dapat diambil pelajaran. Diketahui umat masa lalu itu bernurani tumpul dan sering gagal paham. Ditambah lagi, mereka tidak percaya  kepada rasul mereka, kecuali apabila ditunjukkan mukjizat dan melihat dengan mata kepala sendiri. Misalnya, terekam dalam Alquran tentang betapa rewelnya umat Nabi Musa, "Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, ‘Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang’. Karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya." (QS. al-Baqarah/2: 55).

Tak hanya itu, mereka juga pernah bertanya kepada Nabi Musa, "Apakah Tuhanmu tidur?" Seharusnya hal itu tidak perlu lagi ditanyakan sebab di dalam Taurat dijelaskan bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. Ketika Nabi Musa menjelaskan seperti yang terdapat dalam Taurat, mereka malah nyinyir, "Bagaimana bisa Tuhanmu tidak tidur?"

Akhirnya Allah memberi solusi untuk Nabi Musa. Beliau diperintah Allah untuk mengisi dua botol kosong dengan air, lalu Nabi memegangi kedua botol itu erat-erat. Dalam pada itu, Allah membuat Nabi Musa mengantuk sehingga kedua botol itu jatuh dan pecah berantakan.

Selanjutnya Allah memerintah Nabi Musa untuk mengatakan kalau Tuhan mengantuk, maka pasti dunia ini akan hancur. Lalu Nabi Musa membuat perumpamaan dunia tak ubahnya sebagai botol tersebut untuk mematahkan argumen umat Nabi Musa yang rewel dan  nyinyir. 

Tentu mereka berbeda dengan umat Nabi Muhammad. Menurut Syaikh Muhammad bin Abu Bakar, Allah memuji umat beliau. 

Misalnya, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Ali Imran/3: 110).

Dalam teks ayat itu yang dimaksud dengan orang fasik, menurut pengarang Tafsir Jalalain, adalah orang kafir. 

Semoga kita meyakini sabda Nabi kendati kita tidak pernah bertemu Nabi, melihat mukjizat Nabi, jauh masa hidup kita dengan beliau.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement