Sabtu 10 Sep 2022 01:25 WIB

Mengapa Tuhan Mengizinkan Kejahatan Ada?

Konsekuensi dari kebebasan adalah manusia dapat memilih kejahatan daripada kebaikan.

Rep: mgrol135/ Red: Ani Nursalikah
Mengapa Tuhan Mengizinkan Kejahatan Ada?
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Mengapa Tuhan Mengizinkan Kejahatan Ada?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang peka ketika dihadapkan dengan besarnya kejahatan di dunia sering bertanya: “Jika ada Tuhan Yang Berdaulat yang penuh dengan cinta kepada makhluk-Nya, mengapa Dia mengizinkan kejahatan ada?”

 

Baca Juga

Pertanyaan ini seringkali mengarah pada argumentasi tentang tidak adanya Tuhan seperti berikut ini:

 

1. Tuhan ada dan Mahakuasa, Mahatahu dan sepenuhnya Baik.

 

2. Kejahatan ada.

 

3. Karena dua di atas secara logis tidak kompatibel, keduanya tidak mungkin benar. Dan jelas bahwa kejahatan itu ada; jadi Tuhan itu tidak ada.

 

Islam mengajarkan Tuhan itu Maha Kuasa, tetapi bukan berarti Dia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan logika atau tidak sesuai dengan karakter-Nya. Misalnya, Dia tidak membuat lingkaran menjadi bujur sangkar, sambil membuatnya menjadi lingkaran dan bujur sangkar pada saat yang bersamaan. Ini juga merupakan ajaran Islam tentang Tuhan bahwa Dia Maha Sempurna sehingga Dia tidak menderita atau mati, karena itu bertentangan dengan kodrat-Nya.

Pertanyaan kedua, mengapa Dia mengizinkan kejahatan? Jawabannya adalah bahwa Tuhan yang baik dapat mengizinkan kejahatan karena Dia memiliki alasan yang baik. Dan kita tidak perlu mengetahui alasan Tuhan mengizinkan kejahatan, karena Tuhan berkata dalam Quran bahwa kita hanya diberi sedikit pengetahuan.

 

Oleh karena itu, sudah cukup jika kita mengetahui kemungkinan alasan Tuhan mengizinkan kejahatan ada. Dan dari Alquran kita dapat memahami bahwa Tuhan telah memberikan kehendak bebas kepada manusia, untuk menguji mereka untuk membuktikan siapa yang lebih baik dalam perbuatan baik.

 

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya:35)

 

Salah satu konsekuensi dari kebebasan adalah bahwa manusia dapat memilih kejahatan daripada kebaikan. Jika mereka secara paksa dicegah untuk memilih kejahatan, tidak akan ada kebebasan. Artinya, Tuhan tidak dapat memiliki makhluk bebas yang Dia paksa untuk memilih hanya yang baik; karena itu akan melibatkan ketidakmungkinan logis.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement