UAD Ajak Warga Manfaatkan Sampah Lewat Ember Tumpuk dan Losida
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. | Foto: Yusuf Assidiq
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Ahmad Dahlan (KKN UAD) terus menyosialisasikan terkait pemanfaatan dan penanganan sampah. Salah satunya yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UAD Reguler 96 Unit IV.A.2 di Padukuhan Babadan, Kabupaten Bantul, DIY.
Sosialisasi tersebut dilakukan dengan menyasar ibu-ibu PKK dari 6 RT di Pedukuhan Babadan. Mahasiswa KKN UAD pun mengajak warga untuk peduli terhadap lingkungan dengan memanfaatkan sampah melalui ember tumpuk dan losida (lodong sisa dapur).
Salah satu anggota KKN UAD Reguler 96 Unit IV.A.2, Vara Hilda mengatakan, sosialisasi dilakukan mengingat permasalahan sampah yang masih belum terselesaikan di DIY. Bahkan, TPA Piyungan yang ada di Kabupaten Bantul juga sudah mencapai ambang batas untuk menerima sampah.
Melalui sosialisasi ini, katanya, diharapkan masyarakat dapat melakukan pemilahan sampah dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan begitu, katanya, dapat mereduksi penumpukan sampah di TPA Piyungan.
"Diharapkan penumpukan di pembuangan akhir bisa sedikit tereduksi dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan," kata Vara dalam keterangan resmi UAD, Jumat (9/9/2022).
Dipilihnya ember tumpuk dan losida sebagai alternatif karena keduanya berfungsi sebagai media dalam proses pembuatan pupuk organik yang berasal dari sisa dapur. Dengan begitu, katanya, nantinya pupuk organik tersebut dapat dimanfaatkan untuk tanaman.
"Sampah yang digunakan dapat berasal dari sisa sayur dapur, baik yang sudah dimasak maupun belum, kulit buah, dan sisa nasi," ujarnya.
Vara menjelaskan, dalam membuat ember tumpuk perlu disiapkan dua buah ember berukuran 20 kilogram. Kemudian, katanya, pasang keran kecil pada ember pertama, lalu diberi lubang-lubang kecil pada bagian tutupnya.
Untuk ember kedua, lanjut Vara, cukup dilubangi bagian bawahnya, kemudian tumpuk kedua ember tersebut. Cara penggunaannya sendiri yakni dengan memasukkan sampah sisa dapur ke dalam ember tersebut.
"Setelah membusuk, sampah nantinya akan menghasilkan air lindi yang akan digunakan sebagai pupuk organik. Air lindi baru bisa digunakan setelah dijemur dan warnanya berubah seperti kopi, sedangkan untuk komposisinya, gunakan 50 mililiter air lindi dicampur dengan satu liter air biasa," jelas Vara.
Sedangkan, untuk pembuatan losida hanya diperlukan paralon dengan diameter tiga inci dan tinggi 120 sentimeter. Vara menuturkan, untuk membuat losida perlu dilubangi bagian bawah paralon sepanjang 40 centimeter yang berguna untuk jalan penyebaran pupuk organik, yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah sisa dapur.
"Cara penggunaannya yaitu dengan menanam losida ke dalam tanah setinggi lubang yang dibuat tadi. Kemudian, masukkan sampah organik sisa dapur ke dalam paralon tersebut. Terakhir, tutup bagian atasnya," katanya.
Vara juga berharap, melalui sosialisasi ini dapat menyadarkan seluruh elemen masyarakat bahwa sampah merupakan tanggung jawab bersama. "Hal kecil dapat membawa perubahan besar. Semoga dunia bisa kembali sehat," kata Vara menambahkan.