REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Maruf Amin mengapresiasi tayangan Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara (Ngariksa). Kegiatan ini iinisiasi oleh Guru Besar Filologi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Oman Fathurahman.
"Tayangan Ngariksa adalah terobosan baru di era digital yang membuktikan kepada kita bahwa manuskrip kuno bisa dikaji dengan asyik, bahkan dinikmati oleh audiens milenial," ujar Wapres dalam testimoni-nya secara virtual atas penayangan Ngariksa ke-75, Jumat (9/9/2022) malam.
Sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Tayangan Ngariksa merupakan salah satu kegiatan mengkaji kekayaan literasi Nusantara yang disiarkan secara daring melalui media sosial. Wapres mengapresiasi kegiatan yang saat ini telah mengkhatamkan pembacaan manuskrip Zubdatul Asrar karangan seorang ulama besar Nusantara abad 17, Syekh Yusuf al-Taj al-Makassari asal Gowa Sulawesi Selatan.
Menurutnya, tokoh Nusantara tersebut sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. "Syekh Yusuf al-Taj al-Makassari mengabdikan hidupnya untuk membantu Sultan Ageng Tirtayasa di Kesultanan Banten dalam melawan penjajahan Belanda. Pengorbanannya untuk Kesultanan Banten ini mengakibatkan dirinya diasingkan ke Sri Lanka, dan kemudian ke Afrika Selatan hingga akhir hayatnya," jelas Wapres.
Wapres menambahkan, kitab Zubdatul Asrar ini merupakan penghormatan atas kemuliaan penguasa Kesultanan Banten masa itu, yakni Sultan Ageng Tirtayasa dan menjadi sebuah nilai saling menghargai yang patut dicontoh masyarakat.
"Bagi masyarakat Banten khususnya, kitab ini sangat penting. Ini cerminan betapa sejak dulu, ulama dan umara saling menghargai, saling menasihati, dan saling bekerja sama demi rakyatnya," tuturnya.
Wapres pun berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut, guna mengkaji lebih banyak lagi karya-karya cendekiawan Nusantara agar nila-nilai yang diwariskan dapat terus hidup di tengah masyarakat modern saat ini.