Ahad 11 Sep 2022 05:05 WIB

Pakar Siber Nilai Sistem Pengamanan Data Indonesia Sangat Buruk

Selama 2022, Indonesia sudah mengalami setidaknya 7 kasus kebocoran data yang besar

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Pakar keamanan siber dan Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan sistem pengamanan data Indonesia buruk.
Foto: Jakub Porzycki/NurPhoto
Pakar keamanan siber dan Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan sistem pengamanan data Indonesia buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar keamanan siber dan Chairman Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan sistem pengamanan data Indonesia buruk. Hal tersebut menyinggung terkait dengan kebocoran data yang akhir-akhir ini kerap terjadi.

“Artinya, sistem pengamanan data Indonesia sangat buruk, kok bisa sampai data sensitif keluar,” kata Ardi dalam sebuah diskusi daring Darurat Perlindungan Data Pribadi, Sabtu (10/9/2022).

Ardi menjelaskan, sebetulnya, proses peretasan sudah lama terjadi. Para peretas bisa mengumpulkan data dari berbagai sumber lalu mereka mengecek ulang.  “Semua data yang bocor bukan baru, tetapi sudah diretas,” ujarnya.

Dia mengatakan karakter peretasan tidak terjadi secara cepat. Itu terjadi secara bertahap, berjenjang. “Peretas itu adalah manusia paling sabar. Mereka melihat celah, analisa, mengumpulkan data, mengecek ulang. Ingat, kebocoran data tidak sekarang, sudah sejak ada yang namanya kartu kredit,” ujarnya.