REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Iran mengatakan pernyataan Prancis, Inggris dan Jerman yang meragukan niat Teheran pada perundingan kesepakatan nuklir 2015 "tidak konstruktif". Tiga negara yang dikenal E3 itu mengatakan tuntutan Iran membahayakan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
"Tiga negara Eropa disarankan untuk memainkan peran lebih aktif dalam memberikan solusi untuk mengakhiri beberapa ketidakkesepakatan yang tersisa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam pernyataannya, Sabtu (10/9).
Sebelumnya Prancis, Inggris dan Jerman mengungkapkan rasa frustasi pada tuntutan Iran dalam perundingan mengaktifkan JCPOA. Pada awal bulan ini Iran mengirimkan respon terbarunya pada usulan Uni Eropa untuk mengaktifkan kembali JCPOA.
Kesepakatan itu akan membatasi program nuklir Teheran dengan imbalan Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan PBB mencabut sanksi-sanksi ekonominya. Para diplomat mengatakan respon Iran pada koordinator Uni Eropa merupakan langkah mundur.
Teheran mengaitkan antara mengaktifkan kembali JCPOA dengan menutup penyelidikan Badan Atom Energi Internasional (IAEA) pada jejak uranium.
"Tunturan baru meningkatkan keraguan pada niat dan komitmen Iran pada keberhasilan hasil JCPOA," kata Prancis, Jerman, dan Prancis.
"Posisi Iran bertolak belakang dengan kewajiban yang terikat secara hukum dan membahayakan prospek restorasi JCPOA," tambah tiga negara itu.
Mantan Presiden AS Donald Trump mengeluarkan Washington dari kesepakatan itu pada 2018 lalu dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi pada Iran yang Teheran balas dengan melanggar kesepakatan-kesepakatan JCPOA. AS, negara-negara Arab dan Israel khawatir Iran ingin membuat senjata nuklir.