REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sekelompok pengungsi Suriah di Turki berencana melakukan perjalanan ke Eropa dengan membentuk karavan. Rencana tersebut tengah disusun secara daring melalui saluran Telegram.
Saluran Telegram yang dibentuk pada Senin (5/9/2022) lalu itu telah menjaring 70 ribu anggota. Sekelompok pengungsi Suriah yang menginisiasi rencana tersebut menyerukan kepada anggota grup yang berminat ikut untuk membawa kantong tidur, tenda, jaket pelampung air, makanan kaleng, dan kotak P3K.
“Kami akan mengumumkannya (keberangkatan) ketika tiba waktunya untuk pergi,” kata seorang pengungsi Suriah berusia 46 tahun yang tergabung sebagai inisiator rencana perjalanan ke Eropa tersebut, Sabtu (10/9/2022), dikutip laman Al Arabiya.
Menurut dia, beberapa inisiator telah tinggal di Uni Eropa. Kelompok inisiator, mengatakan karavan akan dibagi menjadi beberapa kelompok hingga 50 orang. Masing-masing karavan dipimpin oleh seorang pengawas.
“Kita telah berada di Turki selama 10 tahun. Kita dilindungi, tapi negara-negara Barat harus berbagi beban,” tulis seorang panitia dalam saluran Telegram terkait.
Saat ini terdapat 3,7 juta pengungsi Suriah yang secara resmi tinggal di Turki. Pada 2016, Turki dan Uni Eropa menandatangani perjanjian perihal penanganan gelombang migran. Turki sepakat membendung para migran atau pengungsi yang hendak memasuki Eropa melalui Yunani. Sebagai imbalan, Uni Eropa memasok dana 6 miliar euro untuk mendukung layanan terkait pengungsi yang dijalankan Turki.
Banyak pengungsi Suriah di Turki yang takut direpatriasi ke negara asalnya. Ketakutan itu turut dipicu oleh perubahan sikap Ankara terhadap Damaskus baru-baru ini. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan, dia sedang bersiap memulangkan 1 juta pengungsi Suriah secara sukarela ke negara mereka.