Senin 12 Sep 2022 19:45 WIB

Rusia Buka Kemungkinan Minta Penyerahan Ukraina untuk Akhiri Perang

Rusia soroti penolakan presiden Ukraina untuk melakukan dialog.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menghadiri konferensi pers setelah KTT Platform Krimea di Kyiv, Ukraina, Selasa, 23 Agustus 2022.
Foto: AP Photo/Andrew Kravchenko
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menghadiri konferensi pers setelah KTT Platform Krimea di Kyiv, Ukraina, Selasa, 23 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, negaranya mungkin akan meminta penyerahan total Ukraina guna mengakhiri peperangan. Dia menyoroti penolakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk melakukan dialog dengan mereka yang mengajukan ultimatum.

“'Ultimatum' saat ini adalah pemanasan untuk anak-anak, pratinjau tuntutan yang akan dibuat di masa depan. Dia (Zelensky) tahu mereka (persyaratan-persyaratan): penyerahan total rezim Kiev atas persyaratan Rusia," kata Medvedev, Senin (12/9/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara dengan CNN baru-baru ini, Zelensky memang mengatakan bahwa dia belum siap menjalin negosiasi dengan Rusia. Hal demikian sempat Zelensky sampaikan akhir bulan lalu. Dia mengatakan, negaranya menolak segala bentuk perundingan yang memungkinkan Rusia mengunci keuntungan teritorial. 

“Kami tidak akan duduk di meja perundingan karena takut, dengan pistol diarahkan ke kepala kami. Bagi kami, besi yang paling mengerikan bukanlah rudal, pesawat terbang, dan tank, tetapi belenggu. Bukan parit, tapi belenggu,” kata Zelensky saat memberikan pidato hari peringatan kemerdekaan Ukraina ke-31, 24 Agustus lalu.

Dia bersumpah, Ukraina akan merebut kembali wilayah yang sudah direbut Rusia, termasuk di Donbas. “Apa bagi kami akhir dari perang? Kita biasa mengatakan: damai. Sekarang kita katakan: kemenangan,” ujar Zelensky.

Pada kesempatan itu, Zelensky pun menyampaikan bahwa Ukraina telah terlahir kembali saat Rusia menyerang negara tersebut pada 24 Februari lalu. “Sebuah negara baru muncul di dunia pada 24 Februari pukul 4 pagi. Ia tidak dilahirkan, tetapi dilahirkan kembali. Sebuah bangsa yang tidak menangis, menjerit atau ketakutan. Salah satu yang tidak melarikan diri. Tidak menyerah. Dan tidak lupa,” ucapnya.

Meski tengah memperingati hari kemerdekaan, jalan-jalan di ibu kota Kiev pada Rabu pagi sangat lengang dan sepi. Otoritas Ukraina memang telah merilis peringatan tentang potensi Rusia meluncurkan serangan rudal baru ke kota-kota besar di negara tersebut, termasuk Kiev.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement