Senin 12 Sep 2022 19:49 WIB

Pesepak Bola Saddil Ramdani Sandang Gelar Sarjana dari IBU Malang

Saddil dinyatakan sebagai wisudawan berprestasi untuk kategori non-akademik.

Gelandang timnas Indonesia Saddil Ramdani.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Gelandang timnas Indonesia Saddil Ramdani.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pesepak bola nasional Saddil Ramdani resmi menyandang gelar sarjana (S1). Ini setelah ia mengikuti prosesi wisuda Sarjana S1 dan S2 (Magister) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo atau IBU Malang, Senin (12/9/2022).

Saddil, mahasiswa program studi (Prodi) Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) angkatan 2018, ini dinyatakan sebagai wisudawan berprestasi untuk kategori non-akademik dari Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta Dan Keolahragaan (FPIEK) IKIP BUdi Utomo Malang.

Rektor IKIP Budi Utomo Malang Dr Nurcholis Sunuyeko di sela acara wisuda yang dihelat di sebuah hotel di Kota Malang, Senin, mengatakan ada beberapa wisudawan yang mengoleksi prestasi non-akademik di kancah nasional.

Selain Saddil Ramdani yang kini memperkuat salah satu klub kenamaan di Malaysia, ada beberapa atlet yang berstatus wisudawan berprestasi, yakni Chrystna Bhagascara pesepak bola juara Liga 2 tahun 2021 yang saat ini memperkuat Persis Solo.

Selain itu, Fredy Bernadus Berkam Osok, pesepak bola, juara Liga 3 tahun 2019, saat ini memperkuat klub Persijap Jepara, Reza Iqbal Hakiki pesepak bola pantai Juara I Kejurnas tahun 2022, dan Reza Iqbal Gifari atlet sepak bola pantai.

Lebih lanjut, Rektor Nurcholis mengemukakan perhelatan wisuda kali ini mengusung tema "Ini Wisudaku, Mana Wisudamu" (Harmonisasi Olahnalar dan Olahrasa dalam Bingkai Kebudiutamaan).

"Tema ini kami usung untuk mengingatkan betapa pentingnya kemampuan mengolah nalar dan mengolah rasa dalam berbagai aspek kehidupan. Nalar dan rasa adalah kecerdasan yang saling terkait satu sama lain. Nalar tanpa rasa akan menghasilkan sikap arogansi, egoisme, bahkan perilaku feodal yang mengagung-agungkan diri, gelar, dll," ujar Nurcholis.

Sedangkan rasa tanpa nalar akan melahirkan cacat pikir, logika yang tumpul dan perilaku yang kurang ilmiah. Olah nalar dan olah rasa harus bisa berjalan seimbang, tentu dalam bingkai Kebudiutamaan (Ber-Indonesia, bermanfaat, peduli, patuh dan patut). Inilah harapan IKIP Budi Utomo kepada pada wisudawan yang nanti kembali ke masyarakat.

Pada kesempatan itu, Nurcholis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar IKIP Budi Utomo, mulai sivitas akademika, para alumni, mitra dan khususnya para wali serta masyarakat luas, baik nasional maupun internasional yang telah mempercayakan IKIP Budi Utomo sebagai tempat berlabuh menimba ilmu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement