Senin 12 Sep 2022 20:00 WIB

Imbas BBM Naik, Sandiaga Proyeksi Wisatawan Tekan Pengeluaran 10 Persen

Okupansi hotel nonbintang dan penunjang akomodasi diprediksi turun lima persen.

Rep: ded/ Red: Friska Yolandha
Pekerja membersihkan kamar di salah satu hotel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Selasa (15/2/2022). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30 persen dipastikan memiliki dampak signifikan terhadap sektor pariwisata.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja membersihkan kamar di salah satu hotel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Selasa (15/2/2022). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30 persen dipastikan memiliki dampak signifikan terhadap sektor pariwisata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menuturkan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30 persen dipastikan memiliki dampak signifikan terhadap sektor pariwisata. Baik kepada para pelaku wisata maupun wisatawan itu sendiri.

Sandiaga dalam konferensi pers, Senin (12/9/2022) sore, menuturkan, hotel klasifikasi bintang yang menjadi preferensi kalangan menengah ke atas memiliki risiko terimbas, namun masih lebih rendah dari hotel nonbintang menengah ke bawah.

Baca Juga

Kemenparekraf memproyeksi, okupansi hotel nonbintang serta penunjang akomodasi turunannya diprediksi mengalami penurunan sekitar 5 persen. Berdasarkan catatan BPS, setidaknya terdapat 700 ribu hotel nonbintang di kawasan wisata di Indonesia dengan tingkat okupansi saat ini sekitar 40 persen.

"Dan wisatawan yang tetap memiliki daya beli wisata akan lebih menekan pengeluaran saat berwisata sekitar 10 persen," kata Sandiaga.