Selasa 13 Sep 2022 09:10 WIB

Sumur Wakaf Produktif Tingkatkan Pola Hidup Sehat Santri di Teluk Bintuni, Papua

Sebelumnya santri terpaksa mengandalkan air rawa yang keruh.

Red: Irwan Kelana
Baitul Wakaf menyerahkan   Sumur Wakaf Produktif kepada  sebuah  pesantren di Teluk Bintuni, Papua Barat, Ahad (4/9/2022).
Foto: Dok Baitul Wakaf
Baitul Wakaf menyerahkan Sumur Wakaf Produktif kepada sebuah pesantren di Teluk Bintuni, Papua Barat, Ahad (4/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TELUK BINTUNI -- Berawal dari informasi yang diterima tim Baitul Wakaf, salah satu pesantren di  Teluk Bintuni, Papua Barat secara rutin masih mengandalkan air rawa yang keruh dengan warna cokelat dan berminyak sebagai sumber kebutuhan konsumsi dan bersuci yang telah berlangsung selama bertahun tahun. 

Setelah melakukan asesmen awal sebagai tinjauan kelayakan dan mengirimkan tim Geolistrik, Baitul Wakaf menetapkan untukmewujudkan Sumur Wakaf Produktif sebagai upaya memberikan solusi alternatif untuk menyudahi krisis air yang terjadi di pesantren. 

“Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, air yang keruh dan berminyak ini terpaksa kami gunakan. Namun untuk mengurangi kotornya kami gunakan saringan dari pasir dan karung. Sesekali kalau hujan turun, kami juga menampungnya untuk bisa digunakan,” ujar Ustad Miftah selaku pengurus pesantren, dalam rilis yang diteirma Republika.co.id, Senin  (12/9/2022). 

Pengerjaan Wakaf Sumur Produktif ini berlangsung satu pekan dan berhasil mendapatkan air yang jernih dengan kedalaman 75 meter. Meski, kondisi sekitar pesantren berdekatan dengan hutan bakau dan rawa-rawa namun pengerjaan bisa berjalan dengan baik. Sumur wakaf ini praktis telah digunakan mulai  Ahad, 4 September 2022. 

Kini santri dan pesantren sudah memiliki akses air bersih yang lebih layak sebagai upaya untuk menunjang kenyamanan dalam belajar para santri. “Alhamdulillah, pengerjaan sumur ini berjalan lancar, manfaat sumur ini bukan saja membuat ibadah kami menjadi tenang, proses belajar juga berjalan lebih baik tapi juga meningkatkan pola hidup bersih dan sehat bagi pesantren,” tutur Miftah.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الْمَلَاِ مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ مِنْۢ بَعْدِ مُوْسٰىۘ اِذْ قَالُوْا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ اِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوْا ۗ قَالُوْا وَمَا لَنَآ اَلَّا نُقَاتِلَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَدْاُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَاَبْنَاۤىِٕنَا ۗ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِالظّٰلِمِيْنَ
Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 246)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement