REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE -- Perdana Menteri (PM) Haiti Ariel Henry mengumumkan kenaikan baru harga gas akhir pekan lalu. Pengumuman ini terjadi meskipun terjadi protes meluas selama beberapa minggu atas biaya hidup dan kekerasan geng yang berkecamuk di negara itu.
Berbicara pada ulang tahun pertama pembentukan pemerintahan koalisinya, Henry mengatakan kenaikan harga merupakan bagian dari upaya untuk mengumpulkan uang untuk administrasi publik.
"Kami akan menaikkan harga gas untuk memastikan pemerintah mengumpulkan cukup uang untuk menjaga negara tetap berjalan. Kami tidak bisa terus mensubsidi gas untuk orang yang bisa membayar harga penuh dan membeli gas untuk dijual di pasar gelap,” katanya dikutip laman CNN International, Selasa (13/9/2022).
"Negara kehilangan banyak uang dan tidak dapat mengumpulkan pajak yang cukup untuk menjalankan administrasi publik,” imbuhnya.
Menurut Institut Statistik dan Informatika Haiti, negara mengalami kenaikan tingkat inflasi 30,7 persen pada Juli tahun ini dibandingkan dengan 2021. Henry juga meminta warga Haiti untuk tetap tenang dan berkorban untuk negara.
"Kekerasan bukanlah jawaban, kekerasan tidak akan membantu kita memajukan negara. Saya mendesak semua orang untuk tetap tenang dan bekerja sama untuk menyelesaikan perbedaan kita,” kata Henry pada Ahad (11/9/2022) lalu.
Sedikitnya 10 orang, termasuk dua wartawan, tewas dalam kerusuhan akhir pekan lalu di daerah Cite Soleil di ibu kota Port-au-Prince. Henry, yang mengambil alih kepemimpinan negara Karibia tahun lalu, telah berjuang untuk menyatukan negara itu untuk pemilihan umum yang telah lama tertunda.