Selasa 13 Sep 2022 11:52 WIB

China Siap Kembangkan Tatanan Internasional dengan Rusia

China menyebut tatanan itu akan lebih adil dan rasional.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara satu sama lain selama pertemuan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. Putin pada hari Jumat tiba di Beijing untuk pembukaan Olimpiade Musim Dingin dan berbicara dengan presidennya. Timpalan China Xi Jinping, karena kedua pemimpin tersebut ingin memproyeksikan diri mereka sebagai penyeimbang bagi AS dan sekutunya.
Foto: AP/Alexei Druzhinin/Pool Sputnik Government
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara satu sama lain selama pertemuan mereka di Beijing, China, Jumat, 4 Februari 2022. Putin pada hari Jumat tiba di Beijing untuk pembukaan Olimpiade Musim Dingin dan berbicara dengan presidennya. Timpalan China Xi Jinping, karena kedua pemimpin tersebut ingin memproyeksikan diri mereka sebagai penyeimbang bagi AS dan sekutunya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menyatakan siap membentuk tatanan internasional baru dengan Rusia. Beijing menyebut, tatanan itu akan lebih adil dan rasional. Hal itu disampaikan saat Kepala Urusan Luar Negeri Partai Komunis China Yang Jiechi bertemu Duta Besar Rusia untuk China Andrey Denisov, Senin (12/9/2022).

“Di bawah bimbingan strategis Presiden Xi Jinping dan Presiden (Rusia Vladimir) Putin, hubungan antara kedua negara selalu bergerak maju di jalur yang benar,” kata Yang kepada Denisov, seperti dikutip dalam keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China.

Baca Juga

Yang mengatakan, China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk terus menerapkan semangat kerja sama strategis tingkat tinggi antara kedua negara dan menjaga kepentingan bersama kedua belah pihak. “Serta mempromosikan pengembangan tatanan internasional ke arah yang lebih adil dan rasional,” ucap Yang.

Sementara Denisov memuji hasil positif dan bermanfaat dari hubungan bilateral Rusia-China. Xi dan Putin diagendakan bertemu di Uzbekistan pekan ini. Selain hubungan bilateral, perkembangan isu regional dan internasional disebut akan menjadi topik pembahasan dalam pertemuan mereka.

Saat ini, Rusia berusaha meningkatkan dan memperkuat relasinya dengan negara-negara Asia. Hal itu didorong oleh sanksi yang dijatuhkan Barat sebagai respons atas keputusan Moskow menyerang Ukraina. Hingga kini, China tidak mengecam agresi militer yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

Kendati demikian, China mendorong penyelesaian damai dari konflik tersebut. Beijing pun menegaskan bahwa sanksi tidak akan menuntaskan peperangan antara Rusia dan Ukraina.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement