Penutupan Selokan Mataram Berimbas ke Pertanian dan Perikanan
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Pengerjaan proyek revitalisasi Selokan Mataram di Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/8/2022). Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) berupaya mengembalikan fungsi Selokan Mataram sebagai saluran irigasi. Untuk itu, jalur irigasi sepanjang kurang lebih 30 kilometer tersebut direvitalisasi. Alokasi anggaran yang digunakan untuk merevitalisasi saluran cagar budaya ini sebesar Rp 174 miliar. | Foto: Republika/Wihdan Hidayat
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penutupan Selokan Mataram mulai dirasakan dampaknya ke pertanian dan perikanan di Sleman. Apalagi, Selokan Mataram yang melintasi dari barat sampai timur Sleman berukuran 2-6 meter dan mampu mengairi 15.734 hektare persawahan.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman, Suparmono mengatakan, bangunan Selokan Mataram sudah cukup tua, sehingga perlu segera diperbaiki. Bila terlambat melakukan rehabilitasi, maka akan memperparah titik-titik bocor dan banjir.
Dengan dilakukannya perbaikan dan pembenahan, saat ini Selokan Mataram dimatikan selama tiga bulan. Meski begitu, beberapa bulan sebelum dilakukan pematian, DP3 Sleman sudah terlebih dulu melakukan sosialisasi ke petani yang terkena dampak.
"Sehingga, mereka menjadi lebih siap menghadapi resiko tersebut," kata Suparmono, Selasa (13/9/2022).
Ia menerangkan, lahan sawah yang terdampak akibat dimatikannya Selokan Mataram total ada 544 hektare, kolam ikan 230.130 meter persegi, ternak sapi 55 ekor dan ternak domba 33 ekor. Dari jumlah 544 hektare, yang tidak ditanam 293 hektare.
Kemudian, 251 hektare yang ada di Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, ditanami palawija dengan usia sekitar 1-2 bulan. Pemutusan aliran air ini membuat petani yang siap menanam padi terpaksa menunda penanaman.
"Atau mengalihkan kepada tanaman palawija dan hortikultura yang tidak terlalu banyak membutuhkan air," ujar Suparmono.
Beberapa kelompok tani yang sudah memiliki sumber air dan pompa air memang bisa mengantisipasi masalah tersebut. Namun, ia mengingatkan, ada petani-petani atau kelompok-kelompok tani yang tetap membiarkan tanahnya menjadi tidak produktif.
Untuk menanggulangi kekeringan bila Selokan Mataram sewaktu-waktu diperbaiki atau rusak, perlu dipikirkan adanya embung dan sumur ladang. Sehingga, kalau terjadi air tetap tersedia untuk mendukung aktivitas pertanian dan perikanan di Sleman.
Suparmono memahami, dalam kegiatan budidaya pertanian baik pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan, ketersediaan air merupakan faktor yang sangat strategis. Perlu ketersediaan air yang sesuai kebutuhan.
Baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktu. Karenanya, dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Karenanya, ia mengingatkan, dengan dilakukan perbaikan Selokan Mataram tentu akan berpengaruh.
"Kepada kegiatan usaha tani tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan," kata Suparmono.
Selokan Mataram dibangun pada 1909. Keberadaannya membelah Yogyakarta sejauh 30,8 kilometer. Ujung hulu ada di Sungai Progo, Bendungan Karang Talun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan hilir terletak di Sungai Opak, Kabupaten Sleman, DIY.