Rabu 14 Sep 2022 05:20 WIB

Ekonom Sebut BLT Belum Cukup Meredam Dampak Kenaikkan BBM

Untuk meredam dampak kenaikan harga BBM, perlu kebijakan yang lebih proaktif.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah pengendara motor antre untuk mengisi BBM subsidi jenis Pertalite di salah satu SPBU, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/9/2022). Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo menilai Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disalurkan pemerintah tidak akan cukup untuk meredam dampak kenaikkan BBM, melainkan hanya menurunkan intensitas saja.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah pengendara motor antre untuk mengisi BBM subsidi jenis Pertalite di salah satu SPBU, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/9/2022). Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo menilai Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disalurkan pemerintah tidak akan cukup untuk meredam dampak kenaikkan BBM, melainkan hanya menurunkan intensitas saja.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo menilai Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang disalurkan pemerintah tidak akan cukup untuk meredam dampak kenaikkan BBM, melainkan hanya menurunkan intensitas saja. Itu pun, lanjut Wisnu, tidak dalam waktu lama. Menurutnya, untuk meredam dampak kenaikkan BBM diperlukan kebijakan dan regulasi yang lebih proaktif, terutama untuk pengembangan usaha produktif masyarakat.

Selain itu, kata Wisnu, kebijakan pajak yang akan memberatkan masyarakat maupun pengusaha, lebih baik ditahan terlebih dahulu. Menurut Wisnu, dalam situasi saat ini, bukan hanya masyarakat miskin yang memerlukan pertolongan. Golongan masyarakat rentan miskin dan pengusaha pun memerlukannya. Mengingat, kenaikan BBM akan berdampak pada penurunan produksi maupun kenaikan bahan baku yang berdampak pada penurunan volume penjualan.

Baca Juga

“Dana penanganan Covid-19 kan sudah tidak ada di tahun depan. Sementara, tekanan terhadap ekonomi untuk UMKM pun belum sepenuhnya hilang karena dampak Covid-19. Sekarang terkena dampak ini. Lalu bagaimana?” kata Wisnu, Selasa (13/9/2022).

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair tersebut menambahkan, bantuan-bantuan lain seperti pembukaan akses pasar dan akses permodalan juga perlu digalakkan. Wisnu mengkhawatirkan, dampak kenaikan BBM akan menaikan suku bunga pinjaman, sehingga beban pinjaman untuk UMKM akan ikut meningkat. Efek spiral tersebut dinilainya akan semakin menjatuhkan.

Wisnu pun mengimbau, masyarakat untuk ikut memantau pendistribusian BLT yang dilakukan pemerintah. Selain itu, kenaikan BBM diharapkan akan semakin menyadarkan pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya green economy dan blue economy, atau ekonomi yang ramah lingkungan.

“Kendaraan listrik akan susah untuk berkembang, kalau tidak diberi ruang untuk berkembang,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement