Selasa 13 Sep 2022 18:52 WIB

Adaro Mineral Siapkan 1,1 Miliar Dolar AS untuk Proyek Smelter Aluminium

Pembangunan proyek smelter Adaro memasuki tahap perizinan dan pembebasan lahan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (Adaro Minerals) Christian Ariano Rachmat (ketiga kiri). Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk, PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) menyiapkan investasi paling tidak 1,1 miliar dolar AS untuk proyek pabrik pemurnian aluminium di Kalimantan Utara.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (Adaro Minerals) Christian Ariano Rachmat (ketiga kiri). Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk, PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) menyiapkan investasi paling tidak 1,1 miliar dolar AS untuk proyek pabrik pemurnian aluminium di Kalimantan Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk, PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) menyiapkan investasi paling tidak 1,1 miliar dolar AS untuk proyek pabrik pemurnian aluminium di Kalimantan Utara.

Direktur Utama Adaro Minerals Christian Ariano Rachmat menjelaskan salah satu alasan Adaro Energy membentuk Adaro Minerals adalah untuk melebarkan sayap Adaro di luar bisnis batu bara. Hal ini juga didukung dengan pertumbuhan ekonomi hijau yang didorong pemerintah dalam transisi energi.

Untuk itu, Ariano menjelaskan, salah satu fokus utama Adaro Minerals adalah membangun proyek smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau, Kalimantan Utara. Untuk bisa mewujudkan proyek ini perusahaan mengalokasikan investasi 1,1 miliar dolar AS.

“Kami terus mendukung transformasi internal Grup Adaro, membuat beberapa pencapaian baru dengan adanya rencana peletakan batu pertama pembangunan smelter aluminium pada awal 2023 sebagai proyek pertama dalam pengembangan kawasan industri hijau terbesar di dunia, yang bertempat di Kaltara,” ujar Ariano dalam Public Expose, Selasa (13/9).

Saat ini, kata Ariano perusahaan sedang merampungkan persoalan lahan dan juga perizinan. Pada tahap awal ini perusahaan juga mempersiapkan infrastruktur penunjang sehingga alat berat bisa masuk.

Direktur Adaro Minerals Wito Krisnahadi menambahkan saat ini proses pembebasan lahan hampir mencapai 100 persen. Nantinya, setelah pembebasan lahan selesai, maka perusahaan mulai melakukan langkah pembangunan selanjutnya.

Wito juga mengatakan kebutuhan dana 1,1 miliar dolar AS untuk pembangunan smleter tersebut rencananya akan diambil dari ekuitas dan kerja sama investasi dan pendanaan.

"Kami sedang berbicara dan telah mendapat soft komitmen dari pihak bank, mereka sudah siap," tambah Wito.

Ia juga menjelaskan pembangunan pabrik smelter ini akan berlangsung selama tiga tahap. Nantinya, smleter ini akan memiliki kapasitas produksi hingga 1,5 juta ton aluminium.

"Untuk fase pertama kami targetkan bisa beroperasi pada kuartal pertama tahun 2025. Untuk tahap pertama, kapasitas produksi bisa menembus 500 ribu ton alumunium," ujarnya.

Untuk fase dua, rencananya akan menambah kapasitas ke 500 ribu ton lagi. Fase dua ini rencananya akan beroperasi pada kuartal empat di 2026. Sedangkan full capacity ditargetkan pada kuartal empat 2029 dengan total kapasitas 1,5 juta ton.

"Nantinya, pabrik pemurnian ini juga akan disokong oleh pembangkit EBT dengan jenis PLTA. Pengoperasian PLTA juga berbarengan dengan pengoperasian pabrik full capacity," tutupnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement