REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun kedelapan Hijriyah atau 630 Masehi, Rasulullah menggerakkan 10 ribu pasukan dari Madinah untuk membebaskan Makkah. Hal itu terjadi lantaran kafir Quraisy di Makkah menyerang sekutu umat Islam, Bani Khuza'ah dan menewaskan 20 Muslim di sana. Hal itu menjadi dasar Rasulullah untuk memasuki Makkah.
Tujuan utamanya bukan untuk memerangi warganya, tetapi mengambil alih Masjid al-Haram, tempat umat Islam yang sangat dimuliakan. Umat Islam masuk ke kota itu tanpa perlawanan. Rasul dan para sahabat kemudian melaksanakan haji dan memusnahkan 360 berhala yang ada di sana.
Kabar mobilisasi pasukan umat Islam ini terdengar di seantero Arab, termasuk Thaif. Bani Tsaqif dan Hawazin di sana merasa terancam dengan umat Islam. Mereka kemudian merencanakan peperangan di lembah Hunain.
Tak selesai di Makkah. Rasul kemudian menggerakkan bala tentaranya menuju Hunain. Tujuannya adalah membebaskan Thaif. Kali ini, tak hanya 10 ribu, tetapi 12 ribu pasukan dikerahkannya. Mereka bertempur dengan sengit melawan dua kabilah besar asal Thaif tadi. Peperangan itu dimenangkan umat Islam yang diabadikan dalam surah at-Taubah ayat 25-28. Allah berfirman bahwa jumlah besar pasukan Muslim tak berarti apa-apa jika bersifat congkak.
Yang menolong umat Islam dalam pertempuran itu adalah Allah sehingga kaum kafir dari Tsaqif dan Hawazin menderita kekalahan. Keberhasilan itu memompa semangat umat Islam. Mereka kemudian menangkap keluarga Hawazin dan menyita rampasan perang berupa 6.000 tawanan, 2 ribu unta, 40 kambing kambing, serta ribuan gram perak (Encyclopaedia of Islam).
Peperangan ini menunjukkan kearifan Muslim. Para tawanan diperlakukan dengan baik. Sebanyak 600 orang di antaranya dibebaskan tanpa tebusan. Sisa tawanan diamankan dalam rumah-rumah khusus sampai Kota Thaif dibebaskan.
Pada tahun yang sama pasukan Muslim berupaya memasuki Thaif, tetapi tidak mudah. Mereka harus berhadapan dengan benteng-benteng pemanah. Dari tempat pertahanan itu pasukan Thaif menghujani pasukan Rasulullah dengan panah. Setelah 15 hari pengepungan pada musim haji, pasukan Muslim mundur. Mereka memfokuskan diri melaksanakan rukun Islam kelima.
Mundurnya bala tentara Muslim bukan berarti mereka kalah. Setelah musim haji, umat Islam mendapatkan informasi pasukan Romawi akan menyerang mereka. Rasul dan para sahabat mempersiapkan penyerangan ini dengan segala kemampuan. Pengerahan pasukan yang dikenal dengan ekspedisi Tabuk ini sungguh unik. Rasul mengerahkan 30 ribu pasukan menuju Tabuk. Setelah sampai di sana. Tak ada pasukan Romawi muncul. Hal itu membuat wilayah sekitar Tabuk tunduk kepada Rasul. Mereka memberikan bantuan dan membayar jizyah.
Selesai ekspedisi Tabuk, bala tentara Muslim berencana menyerang Thaif. Informasi itu sampai ke telinga pembesar Bani Tsaqif dan Hawazin. Mereka langsung menyambangi Rasulullah di Makkah. Di sana mereka menyatakan Tsaqif terbuka untuk Muslim. Penduduknya mengabdikan diri dan mendukung perjuangan Islam.
Pembesar mereka, Urwan bin Mas'ud mengajak masyarakat setempat untuk bersyahadat. Tahanan perang dibebaskan. Berhala Allatta beserta simbol paganisme lainnya dihancurkan. Masyarakat bergotong- royong membangun masjid dan mendakwahkan Islam.
Sejak itu, Rasul mengirimkan sejumlah sahabat ke sana untuk mendakwahkan Islam. Salah satunya adalah Abdullah bin Abbas (619-687). Dia adalah sahabat yang dikenal teliti meriwayatkan hadis. Ketika mendengar sebuah hadis, dia akan mene lusuri dan mendatangi sumbernya untuk memas tikan keaslian sabda atau perbuatan Nabi.
Abdullah berpesan ingin dimakamkan di Thaif. Baginya, Makkah dan Madinah adalah tempat Rasul dan sahabatnya beristirahat setelah berjuang dengan jiwa raga. Putra Abbas satu ini merasa tak layak dikubur di sana. Cendekiawan ini wafat pada usia 81 tahun. Jasadnya dikebumikan di samping Masjid Abdullah bin Abbas yang pernah disinggahi Rasul untuk shalat.
Lainnya adalah Muhammad bin Hanafiah yang merupakan anak Ali bin Abi Thalib dari istri selain Fatimah, Uswah bin Mas'ud yang dikenal sebagai penderma 70 unta untuk penduduk Thaif. Mereka semua dimakamkan di Kompleks Masjid bin Abbas.