Rabu 14 Sep 2022 04:00 WIB

Drone Iran Ini Dirancang Khusus untuk Targetkan Kota Besar Israel

Drone Arash-2 merupakan versi terbaru dari Arash-1.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh kantor Angkatan Darat Iran menunjukkan sebuah drone militer.
Foto: EPA-EFE/Iranian Army office
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh kantor Angkatan Darat Iran menunjukkan sebuah drone militer.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Komandan tinggi militer Iran Brigadir Jenderal Kiomars Heidari mengatakan, Iran telah mengembangkan pesawat tak berawak atau drone jarak jauh yang dirancang khusus untuk menargetkan kota-kota Israel, seperti Tel Aviv dan Haifa. Komandan pasukan darat tentara Iran ini membuat pernyataan di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel.

Heidari mengatakan, drone Arash-2 merupakan versi terbaru dari Arash-1. Armada ini adalah penerbang unik yang telah dikembangkan untuk tujuan menghancurkan Israel. Dia menyatakan, pesawat tak berawak itu telah diserahkan kepada pasukan darat dan kemampuannya akan dipamerkan dalam latihan militer di masa depan.

Baca Juga

Menurut Heidari, Arash-2 memiliki kemampuan yang juga unik dan dapat pulih beberapa kali hingga mencapai target. Dia menekankan bahwa mereka menunggu perintah untuk menggunakannya suatu hari nanti.

Salah satu fitur utama Arash-2 adalah kemampuan pengintai dan mampu mengenai tempat yang persis sama dengan rudal balistik Fath. Penambahan armada itu melengkapi kemampuan militer Iran yang sudah  memiliki drone strategis dalam jangkauan yang berbeda, termasuk dalam jangkauan 2.000 km, serta rudal strategis.

Heidari menjelaskan dikutip dari Anadolu Agency, tentara angkatan darat adalah kekuatan terbesar, paling lengkap dan paling beragam dalam hal teknologi dan peralatan. Dia menyinggung keberadaan kekuatan helikopter yang tidak tertandingi.

Mengenai kerja sama antara tentara dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), pejabat militer itu mengatakan, kedua kekuatan itu saling melengkapi. Keduanya diakui bekerja dalam sinergi.

Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara dua musuh regional lama dengan serangan sabotase rahasia di dalam Iran dan intensifikasi serangan Israel terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Suriah.

Teheran juga menyalahkan Tel Aviv karena mengganggu negosiasi yang sedang berlangsung antara negara itu dengan Washington. Amerika Serikat yang dimediasi oleh Uni Eropa saat ini mencoba menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Perdana Menteri Israel Yair Lapid pada akhir pekan lalu berterima kasih kepada Prancis, Inggris, dan Jerman atas ketegasan kepada Iran. Kekuatan Eropa itu menyalahkan Iran karena membahayakan pembicaraan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement