REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan berencana menerapkan pembayaran non tunai menggunakan QRIS di semua pasar tradisional. Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan, saat ini sebagai model awal transaksi menggunakan QRIS diterapkan di Pasar Tungging Jalan Belitung.
"Dari 400 pedagang di Pasar Tungging ini sudah ada 100 lebih pedagang yang sudah menggunakan QRIS," ujarnya saat launching penerapan QRIS, Selasa (13/9/2022).
Penerapan pembayaran digital tersebut selanjutnya akan digaungkan di Pasar Baru dan Pasar Antasari. Ada 26 pasar yang ada di wilayahnya dan akan bertahap menerapkan QRIS. Bersama Dinas Perdagangan, Bank Indonesia serta para pihak lainnya akan terus mensosialisasikan sistem QRIS tersebut ke pedagang maupun pembeli.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Bimo Epyanto mengatakan, khusus di Banjarmasin saat ini sudah ada 95 ribu pelaku usaha yang menggunakan QRIS sebagai sarana transaksi.
"Angka itu campur baik dari pelaku usaha di pasar tradisional, modern ataupun cafe," ujarnya.
Saat ditanya 10 pedagang di Pasar Tungging ini seragam mengatakan bahwa konsumen yang melakukan transaksi menggunakan QRIS adalah masyarakat yang berumur 40 tahun ke bawah.
"Penggunaan mudah saja. Setelah sepekan memberikan fasilitas QRIS sudah ada tiga orang yang melakukan pembayaran non tunai," ujar Ridho (27) seorang pedagang pakaian.
Pedagang lainnya, Fitriansyah yang menjual produk jam tangan serta membuka loket pembayaran listrik dan PDAM menilai penggunaan QRIS ini mudah dan tidak pakai ribet. "Sudah sejak 2019, ya kebanyakan anak muda yang menggunakan QRIS," ujarnya.
Dari semua pedagang itu, mereka juga melayani transaksi tunai dan sementara ini budaya tersebut masih mendominasi. Sekilas info, untuk transaksi QRIS di Pasar Tungging ini fasilitator nya adalah Bank Negara Indonesia (BNI), di setiap pasar nantinya akan dinaungi oleh berbagai perbankan.