Selasa 13 Sep 2022 22:55 WIB

Masuki Tahun Kelima, GNSSA Terus Dorong Implementasi Bauran Energi Baru Terbarukan

Penggunaan energi terbarukan dinilai perlu dipertimbangkan.

Kegiatan Lima Tahun GNSSA: Realisasi dan Optimalisasi Potensi Atap Surya di Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Foto: Dok. Web
Kegiatan Lima Tahun GNSSA: Realisasi dan Optimalisasi Potensi Atap Surya di Jakarta, Selasa (13/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) kini memasuki usia kelima. Segala upaya terus dilakukan oleh pemerintah, asosiasi, sektor swasta, investor, serta seluruh komponen masyarakat untuk mempercepat implementasi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).

Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE mencatat, sektor komersial dan industri turut berkontribusi dalam kenaikan kapasitas terpasang dari 1,52 MW pada tahun 2018 menjadi 65,87 MW pada bulan Juli tahun 2022.

Baca Juga

Adanya tuntutan pasar yang semakin kuat akan produk hijau (green product) dan industri hijau (green industry) mendorong sektor komersial dan industri untuk beralih pada teknologi yang ramah lingkungan demi mempertahankan eksistensinya di pasar global. PLTS Atap dinilai menjadi pilihan yang strategis karena waktu instalasinya yang relatif cepat, tidak membutuhkan lahan yang luas, serta ketersediaan sumber energi surya yang merata di seluruh Indonesia.

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna pada acara 'Lima Tahun GNSSA: Realisasi dan Optimalisasi Potensi Atap Surya' yang diselenggarakan oleh Xurya Daya Indonesia mengatakan, sektor industri dan bisnis menjadi sektor yang potensial untuk mempercepat penetrasi energi terbarukan, terlebih kini persaingan pasar global sudah bergeser ke produk energi hijau (green product) yang lebih ramah lingkungan. 

"Pemerintah, melalui Kementerian ESDM siap mendukung sektor industri dan komersial untuk mulai memanfaatkan energi terbarukan, salah satunya melalui instalasi PLTS Atap," kata dia, Selasa (13/8/2022).

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempercepat pengembangan Energi Baru & Terbarukan (EBT) di Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa mengungkapkan, selaras dengan usaha mencapai tujuan net zero emission dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang isu keberlanjutan (sustainability), maka penggunaan energi terbarukan perlu dipertimbangkan. 

"Penggunaan PLTS, khususnya PLTS Atap merupakan cara tercepat dan termurah untuk diadopsi oleh sektor industri. Kami tentu akan terus mendukung berbagai kebijakan yang berpihak pada pengembangan EBT agar target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dapat terwujud secara lebih terencana dan sistematis," ujar dia.

Tidak hanya perusahaan global yang mulai memperhatikan penggunaan listrik tenaga matahari untuk kegiatan operasionalnya, tetapi perusahaan lokal, dari berbagai jenis latar belakang bisnis juga semakin banyak yang mulai mengembangkan industri hijau. Seperti yang telah dilakukan oleh pelanggan-pelanggan Xurya dalam menggunakan energi dari PLTS Atap dalam kegiatan operasionalnya.

Eka Himawan Managing Director Xurya mengatakan, lolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak perlu dilakukan untuk memacu penggunaan PLTS Atap untuk bangunan industri dan komersial. 

"Kami selaku pengembang proyek PLTS Atap telah memberikan penawaran instalasi PLTS Atap tanpa investasi, sehingga sektor komersial dan industri kini tidak perlu mengeluarkan investasi apapun untuk beralih ke energi bersih," kata dia.

Dalam rangka memperingati Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) kelima, beberapa pelaku bisnis di sektor komersial dan industri melakukan penandatanganan dukungan GNSSA sebagai bentuk komitmen mereka dalam penggunaan bersih, seperti yang dilakukan oleh PT Avia Avian Tbk,  PT Agung Podomoro Land Tbk, PT Alkindo Mitra Raya, PT Arwana Citramulia Tbk, PT Bumimulia Indah Lestari, PT Bungasari Flour Mills Indonesia, PT Chemco Harapan Nusantara, PT East West Seed Indonesia (EWINDO), PT Frina Lestari Nusantara, PT Heinz ABC Indonesia, PT Jaya Abadi Corak Biscuit, PT Pan Brothers Tbk, PT Mukti Panel Industri, dan PT Sariguna Primatirta Tbk

Kemudian, PT Serena Indopangan Industri, PT Suryacipta Swadaya, PT Tata Metal Lestari, PT Trigunung Padutama, PT Tansri Gani, PT Uni-Charm Indonesia Tbk, PT. Wahana Makmur Sejati, Santika Palembang & Banyuwangi.

Sebelumnya, seperti dilansir dari Antara, penggunaan sistem PLTS atap di kalangan usaha berpotensi untuk menurunkan emisi gas buang karbondioksida. Menurut Data Inventory Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Energi yang dikeluarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2016, emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh sektor industri dan komersial sebesar 36 persen.

Pendiri Xurya Eka Himawan mengatakan jika dihitung dan dioperasikan dengan seksama, besar penghematan bagi bisnis dan industri bisa mencapai 30 persen dengan penggunaan PLTS.

Xurya berfokus pada pengadaan, operasional serta pemeliharaan instalasi sistem PLTS atap di Indonesia. Untuk mendorong pemanfaatan potensi energi surya, khususnya oleh pelaku sektor industri dan komersial, Xurya menawarkan Xurya Lease, sebuah skema di mana calon pengguna sistem PLTS atap mendapatkan opsi untuk dibebaskan dari kewajiban pembayaran "upfront cost", dan dapat membayar pada saat sudah mulai produksi listrik dari PLTS atap itu.

"Kami mengajak para sektor industri dan komersial lainnya untuk mulai menggunakan PLTS atap ," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement