Rabu 14 Sep 2022 05:45 WIB

PBB Khawatirkan Munculnya Wabah Kolera di Sejumlah Wilayah Suriah

Wabah kolera di Suriah berpusat di wilayah Aleppo utara

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Seorang anak yang terkena wabah kolera dirawat di rumah sakit. Wabah kolera di Suriah berpusat di wilayah Aleppo utara. Ilustrasi.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak yang terkena wabah kolera dirawat di rumah sakit. Wabah kolera di Suriah berpusat di wilayah Aleppo utara. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – PBB menyoroti munculnya wabah kolera di beberapa wilayah di Suriah. Menurutnya, hal itu menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat yang sudah menderita akibat konflik sipil selama lebih dari satu dekade di negara tersebut.

Wabah kolera di Suriah berpusat di wilayah Aleppo utara. Dari 936 kasus yang sudah dilaporkan, lebih dari 70 persen di antaranya berasal dari wilayah tersebut. Sementara 20 persen kasus lainnya ditemukan di Deir al-Zor. Kasus kolera berskala kecil turut tercatat di Raqqa, al-Hasaka, Hama, dan Lattakia.

Baca Juga

Koordinator Kemanusiaan dan Perumahan PBB untuk Suriah Imran Riza mengungkapkan, munculnya wabah kolera diyakini terkait dengan irigasi tanaman menggunakan air terkontaminasi. Selain itu, warga turut mengonsumsi air yang tak higienis dari Sungai Eufrat.

Konflik sipil Suriah diketahui turut menghancurkan infrastruktur air nasional. Hal itu membuat warga kesulitan memperoleh air bersih. Direktur Darurat Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Wilayah Mediterania Timur Richard Brennan mengungkapkan lembaganya telah mencatatkan delapan kematian akibat kolera di Suriah.

Sebanyak enam warga yang meninggal berasal dari Aleppo. Sementara dua lainnya tinggal di daerah Deir al-Zor. “Ini adalah wabah kolera pertama yang dikonfirmasi dalam beberapa tahun terakhir. Penyebaran geografis menimbulkan kekhawatiran, jadi kami harus bergerak cepat," ucap Brennan.

Menurut WHO, sebelum menyebarnya wabah kolera terbaru di Suriah, krisis air di sana telah menyebabkan peningkatan penyakit seperti diare dan malnutrisi. Dengan adanya wabah WHO di Suriah, WHO, kata Brennan, mengimbau para donor untuk meningkatkan pendanaan untuk lembaganya. Hal itu agar upaya atau program pencegahan penyebaran kolera dapat dilakukan secara optimal.

“Kita perlu meningkatkan kapasitas pengawasan dan pengujian. Upaya sedang dilakukan untuk mengirimkan air bersih ke masyarakat yang paling terkena dampak,” ucap Brennan.

Konflik sipil Suriah pecah pada 2011. Konflik yang berlangsung selama 11 tahun telah menyebabkan sekitar 500 ribu orang tewas. Pertempuran pun menyebabkan jutaan warga Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga, termasuk ke Eropa.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement