REPUBLIKA.CO.ID,BATU -- Debit mata air di Kota Batu terus mengalami penurunan selama 20 tahun terakhir. Hal ini diungkapkan dalam catatan Perusahaan Air Minum Among Tirto Kota Batu.
Berdasarkan laporan tersebut, sekitar 30 hingga 50 persen debit mata air di Kota Batu menurun. Hal inilah yang menginisiasi Perumdam Among Tirto menggelar acara “Mbatu Nabung Banyu”, beberapa waktu lalu. Kegiatan yang menggandeng seluruh komponen masyarakat, tokoh agama dan kelompok peduli lingkungan ini bertujuan agar turut menjaga sumber mata air.
Dirut Perumdam Among Tirt Kota Batu, Edi Sunaedi tak menampik sumber mata air telah mengalami penurunan. Hal ini merupakan fakta yang tengah dialami daerahnya. "Melihat hal tersebut, Perumdam Among Tirto melakukan langkah-langkah taktis untuk menjaga sumber air,” kata dia.
Menurut Edi, ada berbagai langkah taktis yang bisa dilakukan untuk menjaga sumber mata air. Beberapa di antaranya dengan menghentikan buang sampah sembarangan, membuat daerah resapan air dan membuat biopori. Kemudian run off pemanenan air hujan, menggalakkan gerakan penanaman pohon, melakukan penghematan air dan konservasi lahan.
Langkah-langkah tersebut harus dilakukan mengingat air adalah sumber penting kehidupan, ilmu dan peradaban bersama. "Maka dari itu, kita wajib menjaga dan melestarikan sumber air kita,” jelas Edi.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, memberikan apresiasi atas digelarnya acara ini. Hal ini penting karena Kota Batu merupakan hulu sungai Brantas yang mengaliri 17 kabupaten/kota di Jawa Timur (Jatim). Oleh karena itu, sumber mata air harus dijaga kelestariannya.
“Hari ini kita tidak hanya bermunajat, tetapi kita juga mengumpulkan air dari sumber masing-masing desa yang harapannya semua bisa bersama-sama menjaga sumber airnya masing-masing,” kata perempuan berhijab ini.