REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa melalui unit Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa tengah persiapkan bantuan respons tanggap daruat bencana banjir di Pakistan. Saat ini DMC Dompet Dhuafa akan menyalurkan berupa sembako makanan, logistik, perlengkapan dapur, dan tenda pengungsian darurat.
“Dompet Dhuafa akan mengirimkan bantuan melalui dua jalur. Pertama melalui jalur mitra lokal We Care Foundation dan melalui Forum Zakat serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dengan rincian bantuan makanan logistik, perlengkapan dapur dan tenda pengungsian darurat,” kata Chief Executive DMC Dompet Dhuafa, Haryo Mojopahit, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) yang berjudul Pakistan: 2022 Monsoon Floods per 9 September 2022. Sebanyak 556 ribu rumah hancur, 1,17 juta rumah rusak.
“Terhitung kurang lebih 1.400 jiwa meninggal, 12.700 jiwa terluka, termasuk 496 anak-anak meninggal dan 4.000 jiwa anak terluka. Sekitar 664 ribu orang dilaporkan tinggal di tenda pengungsian, lebih dari 190 ribu jiwa sudah berada di tenda pengungsia dari seminggu yang lalu,” tulis dalam Laporan OCHA.
Sebagian penyintas dilaporkan tinggal dengan kerabat atau rumah warga Pakistan yang lainnya. Hampir 800 ribu pengungsi tinggal di distrik yang rawan bencana luar biasa (calamity hit), termasuk sekitar 210 ribu di distrik Peshawar di Khyber Pakhtunkhwa, 170 ribu di Quetta, Balochistan, 77.700 di Nowshera, Khyber Pakhtunkhwa, dan 71.500 di Karachi, Sindh.
Selain itu jalan sepanjang 6.700 kilometer rusak akibat deras arus banjir. Hal ini mempersulit penyintas untuk melakukan evakuasi dan mengakses layanan respons tanggap darurat. Kenyataan ini perburuk dengan kenyataan 246 jembatan yang hancur.
Persentase terbanyak jalan yang rusak berada di wilayah Sindh yakni 40 persen, Khyber Pakhtunkhwa sebanyak 24 persen, dan di Balochistan sebanyak 22 persen jalan yang rusak.
Hasil asesmen cepat menunjukan lebih dari 22 ribu sekolah telah rusak di Sindh, Balochistan, Punjab dan Khyber Pakhtunkhwa, dan lebih dari 5.500 sekolah lainnya dialihkan menjadi tempat pengungsian. Banjir juga mengganggu aktivitas belajar dan mengajar bagi lebih dari 3,5 juta anak.
Diperkirakan lebih dari 1.460 fasilitas kesehatan telah terkena dampak hujan lebat dan banjir. Akses ke fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, dan obat-obatan masih terbatas.
Berdasarkan pantauan sementara penyintas telah menunjukan gejala penyakit diare, malaria, infeksi saluran pernapasan akut, infeksi kulit dan mata, serta tipus.
Selain itu juga dilaporkan bahwa terjadi peningkatan kasus demam berdarah di desa-desa pengungsi di Khyber Pakhtunkhwa. Sementara itu wabah diare akut (AWD) telah muncul di 45 distrik di Balochistan, Sindh, Punjab, Khyber Pakhtunkhwa dan Wilayah Ibu Kota Islamabad.
Dilaporkan bahwa lebih dari 1,2 juta hektar lahan pertanian di Sindh telah rusak, sementara di Balochistan 61 persen ternak telah melaporkan munculnya gejala penyakit hewan. Hampir 50 persen masyarakat bergantung hidup pada penghasilan peternakan, 46 persen melaporkan kerusakan tempat penampungan ternak, dan 29 persen melaporkan kehilangan stok pakan ternak.
Terlapor juga sekitar 500 ribu ternak telah hanyut karena hujan dan banjir di Balochistan. Angka ini mewakili 66 persen dari 755 ribu kematian ternak yang dilaporkan secara nasional. Sindh paling terpengaruh oleh hujan lebat dan banjir yang telah melanda negara itu pada musim hujan ini, khususnya penting mengingat bahwa Sindh dan Balochistan secara historis daerah rawan kekeringan.
“Mohon doa dan kerja samanya. Sehingga proses bantuan bagi penyintas banjir di Pakistan dapat tersalukran secepatnya dan setepat-tepatnya,” ucap Haryo.