REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Israel telah menawarkan bantuan keamanan siber kepada Albania. Tawaran itu diberikan menyusul klaim Albania bahwa mereka telah menjadi sasaran atau korban serangan siber Iran.
Tawaran bantuan siber itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Israel Idan Roll saat bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) Albania Olta Xhacka di acara Shaping Feminist Foreign Policy (Shaping FFP) yang digelar di Berlin, Jerman.
“Saya berbicara dengan Menlu Albania Olta Xhacka di Shaping FPP. Saya menyatakan penghargaan Israel atas keputusan Albania untuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran, dan menawarkan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kami (Israel) dalam pertahanan dunia maya,” tulis Roll lewat akun Twitter-nya, Selasa (13/9/2022).
Roll menekankan, Israel akan terus memperkuat kerja sama dengan Albania. Pada 7 September lalu, Albania memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal itu dilakukan karena Teheran dituding terlibat dalam serangan siber yang mengancam keamanan negara tersebut pada Juli lalu.
“Pemerintah telah memutuskan dengan segera untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran,” kata Perdana Menteri Albania Edi Rama dalam sebuah pernyataan.
Menurut dia, pemutusan hubungan diplomatik itu merupakan langkah tepat dan sesuai untuk merespons serangan siber yang dialami negaranya pada Juli lalu.
“Tanggapan ekstrem ini sepenuhnya sebanding dengan kegawatan dan risiko serangan siber yang mengancam melumpuhkan layanan publik, menghapus sistem digital dan meretas catatan negara, mencuri komunikasi elektronik intranet pemerintah, dan menimbulkan kekacauan serta ketidakamanan di negara ini,” ucapnya.
"Penyelidikan mendalam memberi kami bukti tak terbantahkan bahwa serangan siber terhadap negara kami diatur dan disponsori oleh Republik Islam Iran melalui keterlibatan empat kelompok yang melakukan agresi," kata Rama menambahkan. Dia tak mengungkap nama empat kelompok yang dimaksud.
Iran mengecam langkah yang diambil Albania. Teheran menilai, tuduhan Albania bahwa mereka terlibat dalam serangan siber ke negara tersebut tak memiliki dasar. Hubungan Albania dengan Iran telah dibekap ketegangan sejak 2014. Kala itu Albania menerima sekitar 3.000 anggota kelompok oposisi yang diasingkan, yakni Organisasi Mujahidin Rakyat Iran atau dikenal pula dengan nama Farsi Mujahideen-e-Khalq. Mereka telah menetap di sebuah kamp di dekat Durres, pelabuhan utama Albania.
Sebelumnya Albania mengatakan bahwa mereka telah menggagalkan sejumlah upaya serangan yang direncanakan oleh agen Iran terhadap kelompok oposisi tersebut.