REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Amerika Serikat (AS) menuduh Rabu (14/9/2022), Rusia telah memberikan setidaknya 300 juta dolar AS kepada partai-partai politik di lebih dari dua lusin negara, termasuk pemilihan Italia. Para pemimpin sayap kanan Italia menyangkal bahwa telah menerima uang tunai secara rahasia.
Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (13/9/2022), merilis ringkasan tinjauan intelijen AS baru-baru ini tentang upaya Rusia untuk mempengaruhi politik luar negeri. Upaya ini termasuk dukungan untuk partai nasionalis sayap kanan yang tidak disebutkan namanya.
Meskipun tidak merinci negara-negara yang bersangkutan, laporan itu menghidupkan kembali yang sudah lama ada dan berulang kali membantah kecurigaan bahwa beberapa pihak Italia telah menerima dana dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Italia mengadakan pemilihan nasional pada 25 September, dengan aliansi partai sayap kanan, termasuk Brothers of Italy, League, dan Forza Italia, diharapkan untuk memenangkan pemilihan dengan mudah.
"Sebelum 25 September, pemilih Italia memiliki hak untuk mengetahui apakah salah satu partai di surat suara telah dibiayai oleh Putin," tulis ketua Partai Demokrat (PD) Enrico Letta di Twitter.
Pemimpin League Matteo Salvini pernah memuji Putin sebagai negarawan terbaik saat ini di bumi. Namun, dia telah berulang kali membantah menerima uang dari Rusia setelah sebuah rekaman bocor pada 2019 dari salah satu ajudannya yang membahas kesepakatan minyak rahasia di Moskow.
"Saya tidak pernah meminta dan tidak pernah mengambil uang, rubel, euro, dinar, atau dolar dari Rusia," kata Salvini kepada radio RTL 102.5 pada Rabu.
"Ada penyelidikan yang sedang berlangsung selama bertahun-tahun. Tidak ada yang pernah ditemukan karena tidak ada apa-apa," ujarnya.
Pemimpin Brothers of Italy Giorgia Meloni juga membantah menerima uang tunai dari luar negeri. Dia mengancam akan menuntut sebuah surat kabar Italia yang mempertanyakan apakah dia telah mengambil uang Rusia. Sosoknya saat ini berada dalam posisi polling untuk menjadi perdana menteri Italia berikutnya.
"Mereka harus membawa kami bukti. Tapi karena buktinya tidak ada, saya khawatir gugatan tidak bisa dihindari," kata Meloni kepada Radio 24 pada Rabu.
Politisi senior Brothers of Italy Adolfo Urso yang mengepalai komite parlemen yang mengawasi badan-badan intelijen nasional mengatakan kepada kantor berita Italia RAI, bahwa saat ini tidak ada indikasi bahwa Italia adalah salah satu negara yang terlibat.
Tapi, trio partai itu memiliki hubungan persahabatan historis dengan Moskow, menjatuhkan pemerintahan Perdana Menteri Mario Draghi pada Juli. Namun, mereka menolak tuduhan dari lawan telah berkomplot dengan Rusia untuk mengadakan pemilihan cepat.
Draghi sendiri mengatakan kepada parlemen pada Juli, bahwa Italia harus meningkatkan upaya untuk memerangi campur tangan dari Rusia dan otokrasi lainnya dalam politik dalam negeri. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut atas pernyataan tersebut.