REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus uang puluhan juta rupiah milik penjaga sekolah di Solo rusak yang rusak dimakan rayap menuai tanggapan dari sejumlah pegiat di industri keuangan.
Ruisa Khoiriyah, CFP, Perencana Keuangan dari Insight Finansia Consulting, berpendapat bahwa masih adanya orang menyimpan uang puluhan atau mungkin sampai ratusan juta di rumah, tanpa berpikir menitipkan ke bank dalam bentuk deposito atau menjadikannya aset emas, ini menunjukkan dua hal.
Pertama, inklusi keuangan belum merata. Masih banyak masyarakat yang belum terjangkau produk keuangan dasar seperti tabungan bank, deposito, dan sebagainya. Kedua, masih perlu peningkatan literasi keuangan agar makin banyak kalangan yang mengetahui apa saja opsi-opsi yang mereka miliki bila ingin menabung atau mengumpulkan uang untuk sebuah kebutuhan.
"Tingkat kepercayaan masyarakat pada produk keuangan juga masih perlu ditingkatkan," ujarnya, Rabu (14/9/2022).
Sebetulnya, pada 2019, Otoritas Jasa Keuangan telah merilis
Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan. Survei menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03% dan indeks inklusi keuangan 76,19%.
Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016 yaitu indeks literasi keuangan 29,7% dan indeks inklusi keuangan 67,8%. Ini menunjukkan dalam 3 tahun terakhir terdapat peningkatan pemahaman keuangan (literasi) masyarakat sebesar 8,33%, serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 8,39%.
Dengan adanya kasus ini, kata Ruisa, giat literasi keuangan masih perlu perlu ditingkatkan di daerah-daerah. Bahkan bila perlu merangkul perangkat RT/RW dalam memberian sosialisasi literasi keuangan. "Terus kita sosialisasikan cara menyimpan, bahkan hingga mengatur keuangan dengan tepat," jelasnya.
Sekretaris LPS Dimas Yuliharto mengatakan menyimpan uang di rumah sangat berisiko. Sebab uang itu bisa rusak atau bahkan hilang. "Sudah saatnya masyarakat paham bahwa menabung di bank itu lebih aman karena dijamin oleh LPS, daripada berisiko hilang atau rusak karena berbagai sebab, lebih baik simpan di bank," ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (14/9/2022).
Menurutnya LPS menjamin tabungan masyarakat di bank termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maksimal Rp 2 miliar per nasabah. Maka demikian, uang nasabah akan tetap aman meski bank tersebut bangkrut.
"Jadi kalau banknya bangkrut atau ditutup, LPS akan menjamin tabungan tersebut," ucapnya.
Namun, masyarakat harus memenuhi sejumlah syarat jika ingin dijamin oleh LPS. Syarat itu disebut dengan 3T, yakni tercatat di pembukuan bank, tingkat bunga simpanan yang diterima tidak melebihi tingkat bunga penjaminan LPS, dan tidak memiliki kredit macet.
Sebelumnya, tabungan haji senilai puluhan juta milik seorang warga Solo bernama Samin (53) rusak dimakan rayap. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga sekolah di SDN Lojiwetan Solo itu mengumpulkan uangnya sejak 2,5 tahun terakhir.
"Awalnya saya punya keinginan daftar haji sama istri dan anak-anak, dapat rezeki sedikit demi sedikit saya masukkan ke kaleng. Itu tabungan sejak sebelum pandemi covid-19," ujar Samin.