Kamis 15 Sep 2022 07:36 WIB

Gunung Merapi Alami 100 Kejadian Gempa per Hari Bulan Lalu

Ada aktivitas magmatik di bawah puncak Gunung Merapi pada kedalaman sekitar 1,5 km.

Gunung Merapi
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Gunung Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat Gunung Merapi selama Agustus 2022 mengalami hingga 100 kejadian gempa internal per hari. Dengan kejadian peningkatan aktivitas kegempaan ini, masyarakat diimbau untuk tetap tenang, beraktivitas seperti biasa, dan tetap menjaga kesiapsiagan.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, gempa internal Gunung Merapi didominasi oleh gempa vulkanik dalam (VTA), yang merupakan penanda adanya aktivitas magmatik di bawah puncak Gunung Merapi pada kedalaman sekitar 1,5 km. Agus menjelaskan, kondisi tersebut menunjukkan adanya aktivitas suplai magma yang apabila keluar ke permukaan akan berupa ekstrusi yang bersifat efusif seperti yang telah terjadi sejak 4 Januari 2021.

Baca Juga

"Ini berbeda dengan erupsi 2010 yang juga didahului dengan gempa-gempa VTA, namun dengan karakter yang berbeda, dimana frekuensi dan energi gempa VTA saat itu lebih tinggi," kata dia dalam keterangan tertulis balai di Yogyakarta, Rabu (14/9/2022).

Agus mengatakan bahwa Gunung Merapi telah mengalami erupsi efusif selama lebih dari 1,5 tahun. Menurut dia, aktivitas vulkanik Merapi masih tinggi, yang terlihat dari jumlah gempa harian dan deformasi yang masih terus terjadi.

Pada 7 September 2022, gunung berapi yang berada di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu mengalami gempa tremor dengan frekuensi 6 Hz, yang mencerminkan aktivitas fluida gas di kantong magma. Berdasarkan catatan BPPTKG, gempa tremor di gunung tersebut ketika itu terjadi hanya satu kali dengan amplitudo sekitar 10 mm dan durasi 29 detik.

"Hingga saat ini gempa tremor tersebut tidak mengindikasikan adanya perubahan yang signifikan terhadap peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi," kata Agus.

Agus mengatakan bahwa BPPTKG hingga kini belum mengubah rekomendasi daerah bahaya dan Gunung Merapi statusnya masih Siaga atau Level III. "Rekomendasi bahaya masih sama karena volume kubah lava ini masih relatif sama yaitu sekitar 2,8 juta meter kubik pada kubah tengah dan 1,7 juta meter kubik pada kubah barat daya," kata dia.

Ia mengatakan bahwa saat ini guguran lava dan awan panas Merapi bisa berdampak pada sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng serta sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro dan Sungai Gendol. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif diperkirakan dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement