Kamis 15 Sep 2022 12:46 WIB

Mantan Kepala Keamanan Twitter Bongkar Perusahaan Punya Mata-Mata China

Mantan Kepala Keamanan Twitter saat ini menjadi 'whistleblower'.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nora Azizah
Mantan Kepala Keamanan Twitter Peiter Zatko yang menjadi whistleblower.
Foto: AP Photo/Gregory Bull
Mantan Kepala Keamanan Twitter Peiter Zatko yang menjadi whistleblower.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Kepala Keamanan Twitter Peiter Zatko yang menjadi whistleblower membongkar hal yang terduga. Ia mengatakan bahwa kelonggaran praktik keamanan perusahaan yang merugikan keamanan nasional Amerika Serikat (AS). Dia menjelaskan perusahaan mempunyai mata-mata China yang bekerja untuk Departemen Keamanan Negara (MSS) China.

Selama pernyataan pembukaannya, Senator Chuck Grassley menyatakan FBI memberi tahu Twitter ada satu agen China di perusahaan tersebut. Dalam versi publik, Zatko telah diperingatkan bahwa perusahaan tersebut mempekerjakan satu orang atau lebih yang bekerja atas nama badan intelijen asing lain.

Baca Juga

Namun, berdasarkan versi pengaduan yang dipublikasikan dan sebagian disunting, tidak merinci negara mana yang dimaksud FBI. Dalam kesaksiannya, Zatko membenarkan bahwa perusahaan telah diperingatkan tentang keberadaan agen China.

“Ini diberitahukan kepada saya mungkin sepekan sebelum saya diberhentikan. Saya telah diberitahu karena keamanan perusahaan telah dihubungi dan diberitahu bahwa setidaknya ada satu agen MSS yang merupakan salah satu dinas intelijen China,” kata Zatko.

Zatko juga menyuarakan kekhawatiran tentang kehadiran agen asing dari negara lain, termasuk India, yang disebut memaksa Twitter untuk mempekerjakan agen pemerintah. Ini bukan pertama kalinya Twitter harus menghadapi kehadiran agen asing. Seorang mantan pekerja Twitter baru-baru ini dihukum karena bertindak sebagai agen untuk Arab Saudi. Jaksa menuduh pria itu dibayar untuk menyerahkan informasi sensitif.

Menurut Zatko, bahaya yang ditimbulkan oleh agen asing bisa lebih besar karena beberapa hal, termasuk jumlah besar data yang dikumpulkan platform, kurangnya wawasan tentang data, dan akses yang luas yang dimiliki para karyawan Twitter. “Tidak berlebihan mengatakan bahwa seorang karyawan di dalam perusahaan dapat mengambil alih rekening semua senator di ruangan ini," ujar Zatko.

Dilansir Engadget, Kamis (15/9/2022), sidang kemungkinan akan meningkatkan tekanan di Twitter yang sejauh ini menolak untuk membahas klaim Zatko secara rinci. Senator Grassley mengatakan komite juga telah mengundang CEO Parag Agrawal untuk bersaksi di persidangan tetapi dia menolak untuk hadir.

“Dia menolak undangan komite ini untuk muncul dengan mengklaim bahwa itu akan membahayakan litigasi Twitter yang sedang berlangsung. Melindungi orang Amerika dari pengaruh asing lebih penting daripada litigasi perdata Twitter di Delaware. Jika tuduhan ini benar, saya tidak melihat bagaimana Agrawal dapat mempertahankan posisinya di Twitter ke depan,” kata Grassley.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement