Kamis 15 Sep 2022 13:42 WIB

Pergeseran Tanah di Kampung Curug Bojong Koneng Meluas

Pergeseran tanah meluas ke seluruh wilayah Kampung Curug Bojong Koneng Bogor

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Nur Aini
Pergeseran tanah ilustrasi. Pergeseran tanah di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor meluas ke seluruh kampung.
Foto: Dok. Pemdes Sukawangi
Pergeseran tanah ilustrasi. Pergeseran tanah di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor meluas ke seluruh kampung.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pergeseran tanah di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor meluas ke seluruh kampung. Sehingga, total warga yang diungsikan mencapai sekitar 200 hingga 300 orang.

Sekretaris Desa Bojong Koneng, Suganda, mengatakan pada Rabu (14/9/2022) malam, jumlah warga yang diungsikan baru sekitar 65 orang. “Untuk hari ini kayaknya hampir bisa satu kampung sih, bisa 200 sampai 300 orang,” kata Suganda kepada Republika.co.id, Kamis (15/9/2022).

Baca Juga

Saat ini, kata dia, pihak pemerintah desa bersama Taruna Siaga Bencana (Tagana) hendak membuat tenda untuk penampungan warga. Lantaran tempat penampungan yang ada yakni Villa Roso sudah tidak lagi mencukupi untuk menampung semua warga Kampung Curug.

Suganda memperkirakan luasan lahan yang mengalami pergeseran tanah mencapai 8 Hektare atau satu kampung berisi 2 RW 4 RT. Sehari sebelumnya, pergeseran tanah hanya diawali di jalan sepanjang 1 kilometer.

 

“Yang ketahuan kemarin kan yang baru kelihatan aja, pemukiman belum disurvey. Sekarang udah mulai, pergerakan rumah-rumah itu udah mulai kelihatan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, kejadian pergeseran tanah ini baru pertama kali terjadi sejak 40 tahun belakangan. Dimana pergeseran tanah yang cukup parah terakhir terjadi pada 1982.

Saat ini, Suganda menyebutkan, warga terdampak membutuhkan konsumsi, air minum, dan air bersih termasuk juga selimut dan tempat tidur.

“Iya, kalau ada air minum atau apa gitu sejenisnya. Air bersih kemarin kendalanya kita bikin pipa itu udah hancur kan, dari atas otomatis terputus air,” ujar Suganda.

Ia menuturkan, kondisi hujan yang turun terus menerus membuat lokasi retakan mengkhawatirkan sehingga listrik di kampung tersebut harus dipadamkan. 

 

“Jam 09.00 WIB saya survei saya ke situ baru retak2 aja jalannya, sekitar jam 11.00 WIB itu udah kelihatan banget perubahannya. Sampai lampu, listrik, nggak bisa dinyalain, bahaya, untuk mencegah kebakaran,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement