Kamis 15 Sep 2022 19:35 WIB

China Kecam Pengajuan RUU Baru Terkait Dukungan AS Bagi Taiwan

Jika RUU dukungan militer Taiwan tak dibatalkan, akan mempengaruhi hubungan AS-China.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Helikopter UH-60 black hawk (kanan) dan AH-1W (C) militer Taiwan bersiap untuk lepas landas selama latihan tembakan langsung di Pingtung, Taiwan, 09 Agustus 2022. Militer Taiwan mengadakan latihan tembakan langsung untuk mensimulasikan pertahanan negara terhadap serangan invasi China, menyusul latihan tembakan langsung China baru-baru ini di enam wilayah maritim di sekitar Taiwan.
Foto: EPA-EFE/RITCHIE B. TONGO
Helikopter UH-60 black hawk (kanan) dan AH-1W (C) militer Taiwan bersiap untuk lepas landas selama latihan tembakan langsung di Pingtung, Taiwan, 09 Agustus 2022. Militer Taiwan mengadakan latihan tembakan langsung untuk mensimulasikan pertahanan negara terhadap serangan invasi China, menyusul latihan tembakan langsung China baru-baru ini di enam wilayah maritim di sekitar Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China pada Kamis (15/9/2022) mengecam langkah panel Senat Amerika Serikat (AS) yang mengajukan rancangan undang-undang (RUU) untuk meningkatkan dukungan militer AS terhadap Taiwan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan, jika RUU tidak dibatalkan maka akan mempengaruhi hubungan AS-China.

"China dengan tegas menentang hal ini dan telah membuat pernyataan serius kepada pihak AS bahwa, hanya ada satu China di dunia, bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China, dan China akan mempromosikan penyatuan kembali negara tersebut,"  kata Mao.

RUU itu muncul lebih dari satu bulan setelah China melakukan latihan militer terbesarnya di sekitar Taiwan. Latihan militer itu sebagai tanggapan atas kunjungan ketua parlemen AS Nancy Pelosi ke Taiwan.

Komite Senat AS pada Rabu (14/9/2022) menyetujui rancangan undang-undang yang secara signifikan akan meningkatkan dukungan militer AS untuk Taiwan. Langkah ini diambil karena China meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan.

RUU itu disetujui melalui pemungutan suara dengan hasil 17 suara setuju dan 5 suara tidak setuju. Pemungutan suara bipartisan yang kuat merupakan indikasi yang jelas dari dukungan Partai Republik dan Demokrat terkait perubahan kebijakan AS terhadap Taiwan. Perubahan kebijakan tersebut yaitu memperlakukan Taiwan sebagai sekutu utama non-NATO.

Sponsor mengatakan RUU itu akan menjadi restrukturisasi kebijakan AS yang paling komprehensif terhadap Taiwan, sejak Undang-Undang Hubungan Taiwan pada 1979. Ini menjadi landasan keterlibatan AS terhadap Taiwan, meskipun keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi.

"Kita perlu melihat dengan jelas tentang apa yang kita hadapi," kata Senator Bob Menendez, sembari menekankan bahwa Amerika Serikat tidak mencari perang atau meningkatkan ketegangan dengan Beijing.

Sementara kantor kepresidenan Taiwan berterima kasih kepada Senat atas dukungan terbarunya. Taiwan mengatakan, RUU itu akan membantu mempromosikan kemitraan Taiwan-AS dalam banyak hal, termasuk kerja sama keamanan dan ekonomi.

RUU tersebut akan mengalokasikan anggaran senilai 4,5 miliar dolar AS dalam bantuan keamanan untuk Taiwan selama empat tahun, dan mendukung partisipasi Taiwan dalam organisasi internasional. RUU itu juga mencakup bahasa ekstensif tentang sanksi terhadap China jika terjadi permusuhan di selat yang memisahkan China daratan dari Taiwan. RUU Taiwan kemungkinan akan disahkan akhir tahun ini

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement