Kamis 15 Sep 2022 16:58 WIB

5 Hal tentang Hubungan Raja Charles III dengan Islam

Charles memang dikenal akan pengetahuannya tentang Islam.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Raja Charles III tiba di Istana Buckingham di London, Jumat, 9 September 2022. 5 Hal tentang Hubungan Raja Charles III dengan Islam
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Raja Charles III tiba di Istana Buckingham di London, Jumat, 9 September 2022. 5 Hal tentang Hubungan Raja Charles III dengan Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah kematian Ratu Elizabeth II yang berusia 96 tahun, Charles resmi menjadi raja baru, Raja Charles III pada usia 73 tahun. Charles memang dikenal akan pengetahuannya tentang Islam. Bahkan, dia pernah mengungkapkan telah belajar bahasa Arab untuk memahami Alquran dengan lebih baik.

Dia mendapat pujian dari imam Masjid Pusat Cambridge dalam sebuah khutbah. Tidak hanya itu, masih ada lagi hubungan antara Charles dengan Islam. Simak lima hal hubungan antara Raja Charles III dengan Islam, seperti dikutip Middle East Eye, Kamis (15/9/2022).

Baca Juga

Lingkungan dan alam

Charles sudah lama menyinggung isu-isu lingkungan dan perubahan iklim. Terkadang, dia menggunakan teologi Islam tentang masalah ini. Dalam pidato tahun 1996 yang berjudul A Sense of the Sacred: Building Bridges Between Islam and the West , dia menyarankan apresiasi terhadap pandangan Islam tentang tatanan alam akan membantu menyelesaikan ini.

Kemudian pada pidato 2010 di Pusat Studi Islam Oxford, Charles menjabarkan sejumlah pandangannya. “Dari yang saya ketahui tentang ajaran Islam, prinsip penting yang harus kita ingat adalah kelimpahan alam ada batasnya. Ini adalah batasan yang ditetapkan oleh Tuhan. Jika pemahaman saya tentang Alquran benar, umat Islam diperintahkan untuk tidak melanggarnya,” kata Charles.

“Kita hidup di planet ini bersama dengan makhluk lain. Artinya, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa kelangsungan kehidupan yang seimbang,” tambahnya. Dia menyebut contoh perencanaan kota Islam, termasuk sistem irigasi di Spanyol 1.200 tahun yang lalu sebagai ajaran kenabian dengan mempertahankan perencanaan sumber daya jangka panjang.

Kritik terhadap kartun Denmark

Pada 2006, selama kunjungan ke Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir, Raja Charles mengkritik penerbitan kartun Denmark setahun sebelumnya yang mengejek Nabi Muhammad. “Tanda sebenarnya dari masyarakat beradab adalah rasa hormat yang diberikan kepada minoritas dan orang asing. Perselisihan dan kemarahan mengerikan baru-baru ini atas kartun Denmark menunjukkan bahaya yang datang dari kegagalan kita untuk mendengarkan dan menghormati apa yang berharga dan suci bagi orang lain,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement