Kamis 15 Sep 2022 18:50 WIB

Masuki Tahun Politik, Kiai Said: Waspadai Politisasi Agama dan Politik Identitas

Masyarakat diimbau Kiai Said hindari politisasi agama dan politik identitas.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
KH Said Aqil Siroj usai membuka acara Mukernas LPOI di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Kamis (15/9/2022).
Foto: Muhyiddin / Republika
KH Said Aqil Siroj usai membuka acara Mukernas LPOI di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Kamis (15/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Prof KH Said Aqil Siradj mengimbau kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai politisasi agama dan politik identitas menjelang tahun politik. Karena, menurut dia, hal itu akan berdampak kepada umat Islam dan bangsa Indonesia. 

“Memasuki tahun poltik, kita ahrus waspada politisasi agama dan politik identitas,” ujar Kiai Said usai membuka acara Mukernas LPOI di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Kamis (15/9/2022).

Baca Juga

Kiai Said menuturkan, Alquran juga telah mengungkapkan secara jelas bahwa orang yang paling dzalim adalah orang yang mengatasnamakan Islam tapi tidak untuk tujuan Islam.

“Orang yang paling dzalim adalah orang yang mengatasnamakan Islam tapi tidak untuk tujuan Islam, baik politik, ekonomi, dan lain-lain. Apalagi sampai merusak. Bakar rumah atas nama Islam, membunuh atas nama Islam, itu jelas itu, itu orang yang paling dzalim kata Alquran,” jelas Kiai Said.

Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan bahwa Mukernas LPOI ini digelar karena didorong atas keprihatinan terhadap situasi global dan nasional. Menurut dia, berbagai situasi tersebut akan berdampak kepada umat Islam, khususnya kepada bangsa Indonesia.

Mantan Ketum PBNU ini mengatakan, salah satu ancaman yang harus diwaspadai juga adalah turbulensi ekonomi dan ancaman resesi dunia. “Dengan kenaikan harga BBM, harga sembako, pajak, tarif listrik dan seterusnya, itu akan berdampak gejolak ekonomi,” kata Kiai Said.

Selain itu, lanjut Kiai Said, radikalisme dan terorisme juga tetap harus diwaspadai oleh pemerintah dan umat Islam. Dengan kesenjangan yang semakin melebar, kata dia, maka maka akan lahir kemiskinan dan ketidakadilan, sehingga hal ini berpotensi munculnya kelompok teroris dan radikal.

“Itu sangat berpotensi untuk munculnya kelompok-kelompok teroris, minimal radikal, minimal mereka ingin mencari jalan pintas, baik itu merampok, melakukan kriminal,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah ini.

Sementara itu, Ketua Panitia Mukernas sekaligus Sekretaris Jenderal LPOI, H Denny Sanusi menjelaskan, Mukernas ini akan digelar selama dua hari untuk membahas beberapa isu strategis, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Dalam Mukernas LPOI ini akan dilakukan sidang komisi dan sidang pleno keorganisasian, program kerja, dan rekomendasi. “Dalam Mukernas ini kita juga akan mendalami fenomena kekinian yang bersifat kondisi actual bangsa kita saat ini," ujarnya saat sambutan.

Setelah pembukaan Mukernas, kemudian dilanjutkan dengan Dialog Kebangsaan yang membahas isu mewaspadai turbolensi politik, ekonomi, dan keamananan. Selain menampilkan Kiai Said Siradj, Dialog kebangsaan tersebut juga menghadirkan beberapa pembicara, seperti Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid dan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Chusnul Mariyah.

“Mari kita jadikan momentum Mukernas ini sebagai momentum untuk memperkuat persaudaraan kita serta meneguhkan soliditas kita untuk memperkokoh NKRI,” kata Denny Sanusi.

Kegiatan Mukernas ini dihadiri perwakilan dari 13 ormas Islam yang tergabung dalam LPOI, seperti dari Nahdlatul Ulama(NU), Persatuan Islam, Al-Irsyad, Al-Islmiyah, Arrobithoh Al-Alawiyah, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Mathlaul Anwar, Attihadiyah, Azikra, Al-Wasliyah, IKADI, Syariakat Islam Indonesia, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Dewan Da’wah Islamiyah. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement