REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India tidak berencana untuk memberikan dukungan keuangan baru ke Sri Lanka. Ekonomi Sri Lanka mulai stabil setelah perjanjian pinjaman awal dengan IMF.
India telah menjadi pemberi bantuan terbesar tahun ini untuk Sri Lanka yang sedang berjuang melawan krisis ekonomi terburuknya dalam lebih dari tujuh dekade. Sri Lanka mengalami kekurangan cadangan devisa sehingga tidak bisa membayar impor barang penting. Krisis ekonomi telah menimbulkan gejolak politik yang berujung pada mundurnya Presiden Gotabaya Rajapaksa.
"Kami telah memberikan bantuan senilai 3,8 miliar dolar AS. Sekarang ini semua terkait dengan IMF. Negara tidak bisa terus memberikan bantuan," ujar sumber pemerintah India yang mengetahui diskusi dengan Sri Lanka, kepada Reuters.
Sebuah sumber pemerintah Sri Lanka mengatakan keputusan India tidak mengejutkan. Karena New Delhi telah memberi isyarat kepada Sri Lanka beberapa bulan lalu bahwa mereka akan mengurangi bantuan. Namun, sumber itu mengatakan, India akan diundang ke konferensi donor yang digelar oleh Sri Lanka akhir tahun ini. Konferensi itu juga akan dihadiri oleh Jepang, Cina dan Korea Selatan.
Kementerian Keuangan India, serta Kementerian Keuangan dan bank sentral Sri Lanka tidak menanggapi komentar atas berhentinya bantuan keuangan dari New Delhi. Sri Lanka dan IMF mencapai kesepakatan pada awal September untuk pinjaman senilai 2,9 miliar dolar.
"Fokus kami yaitu meneruskan program IMF dan keluar dari kekacauan ini," kata salah satu sumber Sri Lanka.
Sri Lanka telah menggunakan cadangan devisanya yang terbatas untuk memenuhi impor bahan bakar. Sri Lanka juga mengalokasikan kembali dana dari lembaga multilateral untuk impor penting lainnya, termasuk pupuk, gas memasak dan obat-obatan.