Pemerintah Cuek, Mahasiswa UGM Ajak Massa Lakukan Aksi Perlawanan
Rep: my42/ Red: Fernan Rahadi
Ratusan massa dari Aliansi Mahasiswa UGM kembali menggelar aksi penolakan kenaikan harga BBM dari Bundaran UGM hingga Selasar Malioboro Yogyakarta, Kamis (15/9/2022). | Foto: Dinda Andrea
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aliansi Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) merasa tidak mendapatkan jawaban dari pemerintah atas tuntutan mereka sebelumnya. Alhasil aksi penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pun kembali dilakukan Kamis (15/9/2022). Mereka merasa bahwa pemerintah bungkam terhadap penderitaan rakyat.
Aksi perlawanan ini kemarin diikuti oleh ratusan massa. "Pemusatan rute beranjak dari Bundaran UGM dan berakhir di Pasar Beringharjo, Malioboro," kata Koordinator Massa Lapangan UGM, Feri Agung, kepada Republika, Kamis.
Terdapat beberapa tuntutan yang akan disuarakan yakni Omnibus Law, Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP), kenaikan BBM, lemahnya perlindungan data pribadi, serta harga kebutuhan pokok.
Feri menambahkan aksi ini digelar agar masyarakat menengah ke bawah mendapat perhatian dari pemerintah. Menurut dia, para buruh, petani dan masyarakat kecil harus mendapat kesejahteraan.
"Harapannya pemerintah daerah Yogyakarta maupun pemerintah pusat dapat mengambil sikap terkait permasalahan nasional yang terdampak kepada masyarakat," kata Feri di Selasar Malioboro.
Rosela (19 tahun), mahasiswa dari Fisipol UGM berpendapat agar aksi penolakan tersebut mampu menggedor pemerintah untuk memberikan solusi atas kenaikan BBM. Hal itu disebabkan msyarakat yang masih memulihkan kehidupan setelah pandemi merasa keberatan atas kenaikan BBM ini.
"Otomatis jika BBM naik maka bahan pokok naik. Alhasil, penghasilan orang tua yang sebelumnya cukup jadi tidak cukup karena dipakai untuk BBM," kata Alya, mahasiswa UGM lainnya.
Pemerintah dipandang tidak memiliki solusi lain selain menaikkan harga BBM. Menurut mereka, pemerintah tidak memikirkan dampak yang dirasakan masyarakat kecil.
Aksi penolakan ini memilih titik aksi di Malioboro dengan tujuan agar tidak berhubungan dengan satu lembaga saja. Aksi penolakan tersebut diikuti oleh massa dari berbagai entitas seperti masyarakat serta mahasiswa dari berbagai kampus di Yogyakarta seperti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) serta 30 lembaga lain.