REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto berkesempatan menghadiri acara zikir dan sholawat dalam acara haul Kiai Ageng Gribig bersama masyarakat di Jatinom, Kabupaten Klaten, Kamis (15/9/2022) malam WIB. Kegiatan lantunan zikir dan tersebut dihadiri Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dan tausiah oleh KH Agoes Ali Masyhuri.
Airlangga menuturkan, haul, dzikir, dan sholawat yang dilaksanakan mengandung nilai religiositas dan dimensi kebudayaan yang tercermin dari penyampaian nilai keislaman dengan unsur keadaban kepada masyarakat. Sehingga, hal itu dapat mendorong terciptanya masyarakat yang ramah, santun, dan damai.
"Kegiatan malam ini merupakan bagian dari merawat tradisi kebudayaan yang turun-temurun dalam rangka mengenang dan meneruskan tradisi Kiai Ageng Gribig dengan penyampaian dakwahnya yang penuh kelembutan, ramah, tegas, serta efektif menyentuh hati masyarakat," ujar Airlangga dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Sebelum acara sholawat dan zikir, masyarakat menggelar kirab budaya Gunung Apem. Menurut penuturan salah seorang sesepuh, Kanjeng Raden Tumenggung Muhammad Darianto Rekso Hastonodipuro, kirab merupakan media dalam merayakan dan mengenang tradisi yang diajarkan oleh Kiai Ageng Gribig, yaitu dakwah melalui budaya.
Menurut dia, budaya yang dimaksud adalah andum atau berbagi ampunan kepada sesama manusia yang kemudian disimbolkan secara fisik dengan pembagian apem kepada masyarakat. Tradisi andum apem sudah dimulai sejak 403 tahun lalu, namun untuk kegiatan kirab baru dilangsungkan sejak tahun 1985 seiring dengan bertambahnya jumlah peziarah di makam Kiai Ageng Gribig.
Puncak acara dari budaya andum apem, yaitu dengan membagikan empat sampai lima ton apem kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebajikan dalam memberikan sedekah kepada sesama. Kirab budaya sempat ditiadakan dan diubah formatnya agar tak menjadi kerumunan masyarakat akibat pandemi. Kini, gelaran budaya di berbagai daerah tersebut bisa kembali dilaksanakan.
Menurut Airlangga, tradisi itu mengandung nilai yang dapat menjadi pedoman garis perjuangan bagi masyarakat dalam mengemban amanah. "Nilai yang diajarkan Kiai Ageng Gribig senantiasa menjadi nilai bagi kita karena apem sendiri mempunyai filosofi, yakni A untuk akar sejarah yang kuat, P untuk persatuan, E untuk ekonomi kerakyatan, dan M untuk masyarakat maju," tutur Airlangga.