REPUBLIKA.CO.ID, SAMARKAND -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dirinya memahami bahwa Presiden China Xi Jinping memiliki pertanyaan dan kekhawatiran tentang situasi di Ukraina. Hal ini ia sampaikan setelah pertemuannya dengan Xi di sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan pada Kamis (15/9/2022).
"Kami sangat menghargai posisi seimbang dari teman-teman China kami dalam hal krisis Ukraina," kata Putin kepada Xi, yang dia panggil sebagai "Kamerad Xi Jinping yang terhormat, teman baik".
"Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran Anda tentang hal ini. Dalam pertemuan hari ini, kami tentu akan menjelaskan posisi kami, kami akan menjelaskan secara perinci posisi kami tentang masalah ini, meskipun kami telah membicarakan hal ini sebelumnya," lanjutnya.
Pernyataan pertama Putin tentang kekhawatiran China atas perang itu datang hanya beberapa hari setelah pasukannya dikalahkan di timur laut Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan di balik pintu tertutup sangat bagus.
"Penilaian kami terhadap situasi internasional benar-benar bertepatan, tidak ada perbedaan sama sekali," katanya. "Kami akan terus mengoordinasikan tindakan kami termasuk di Majelis Umum PBB yang akan datang," imbuhnya.
Xi tidak menyebutkan perihal Ukraina dalam sambutan publiknya. Pada pertemuan tatap muka pertama mereka sejak perang, Xi mengatakan dia sangat senang bertemu "teman lama saya" lagi setelah Putin mengatakan upaya AS untuk menciptakan dunia unipolar akan gagal.
Pembacaan China dari pertemuan itu juga tidak menyebutkan Ukraina. "China bersedia memberikan dukungan kuat kepada Rusia untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan intinya," lapor penyiar negara CCTV.
China telah menahan diri untuk tidak mengutuk operasi Rusia terhadap Ukraina atau menyebutnya sebagai "invasi" sejalan dengan Kremlin, yang menyebut perang itu sebagai "operasi militer khusus". Terakhir kali Xi dan Putin bertemu langsung, hanya beberapa minggu sebelum invasi 24 Februari, mereka mendeklarasikan kemitraan tanpa batas dan menandatangani janji untuk berkolaborasi lebih banyak melawan Barat.
Beijing terganggu oleh dampak perang terhadap ekonomi global. Pemerintah China juga berhati-hati untuk tidak memberikan dukungan material kepada Rusia yang dapat memicu sanksi Barat terhadap ekonomi China sendiri.