REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dishub Kota Bandung akan menggunakan dana bantalan sosial sebesar Rp 2,6 miliar lebih untuk menyubsidi operasional bus Trans Metro Bandung (TMB) dan bus sekolah. Selain itu, sebagian dana sebesar Rp 600 juta lebih akan digunakan untuk kegiatan padat karya.
Sebelumnya, Pemkot Bandung menggelontorkan dana Rp 9,2 miliar yang berasal dari dana transfer umum untuk digunakan pada kegiatan-kegiatan padat karya mengantisipasi inflasi akibat kenaikan harga BBM.
"Dampak inflasi (Dishub) diberikan anggaran Rp 2,6 miliar nah dua miliar itu dialokasikan untuk operasional TMB dan bus sekolah karena kita tidak akan menaikan tarif TMB tetap Rp 4.000 dan tetap menggratiskan bus sekolah," ujar Kepala Dishub Kota Bandung Dadang Darmawan, Jumat (16/9/2022).
Dia mengatakan, dana sebesar Rp 600 juta lebih akan digunakan untuk kegiatan padat karya. Pihaknya akan melakukan pemeliharaan halte-halte yang berjumlah 200 kurun waktu tiga bulan yaitu Oktober, November, Desember.
"Ada perbaikan, pemeliharaan yang ringan dilakukan dihitung anggaran Rp 600 juta dan ada bahan baku bangunan kita bisa merekrut 265 orang mengerjakan pemeliharaan," katanya.
Dadang mengatakan rencana pengurangan rit bus TMB batal dilaksanakan sebab sudah disubsidi dari dana bantalan sosial. Saat ini terdapat lima koridor TMB.
"TMB ada lima koridor semua koridor tetap beroperasi dengan ritase yang sama dan armada yang tidak berkurang. Armada tiap koridor beda," katanya.
Dia mengungkapkan, koridor satu yaitu rute Cibiru-Cicaheum terdapat delapan armada dengan jumlah rit tujuh. Koridor dua rute Cicaheum-Cibereum dengan delapan rit dan sembilan unit.
Koridor tiga tujuh rit dan enam unit armada, koridor empat dan lima, lima unit armada dan enam rit. "Jadi lima koridor tetap beroperasi sebagaimana sebelum ada kenaikan BBM," katanya.