Jumat 16 Sep 2022 18:43 WIB

Perbandingan Luka Nabi Ayub dan Penyakit Umat Islam

Umat Islam sekarang ini jauh lebih membutuhkan munajat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Umat muslim mendengarkan ceramah di Masjid komplek Islamic Center Mataram, Lombok, NTB. (ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Umat muslim mendengarkan ceramah di Masjid komplek Islamic Center Mataram, Lombok, NTB. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi membandingkan luka yang dialami Nabi Ayyub As dan penyakit umat Islam saat ini. Menurut dia, jika Nabi Ayyub menderita luka lahir, umat Islam menderita penyakit batin, rohani, dan hati. 

"Nabi Ayyub As menderita luka lahir, sedangkan kita menderita penyakit batin, rohani, dan hati," kata Said Nursi dikutip dari karyanya yang berjudul Al-Lama'at halaman 10-11.

Baca Juga

Nabi Ayyub mengatakan, seandainya itu dibalik, yang batiniah menjadi lahiriah dan yang lahiriah menjadi batiniah, tentu umat Islam akan tampak dipenuhi dengan luka-luka yang sangat parah dan ditumbuhi aneka penyakit yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki Nabi Ayyub As. 

"Sebab, semua dosa yang kita lakukan dan perkara-perkara syubhat yang menyerang pikiran-pikiran kita, menyebabkan luka-luka dalam hati kita," jelas Nursi.

Nursi menjelaskan, sesungguhnya luka-luka yang diderita Nabi Ayyub As mengancam keselamatan hidupnya yang singkat di dunia yang fana ini. Sedangkan luka-luka maknawi yang diderita umat Islam sekarang, mengancam keselamatan hidup yang begitu panjang di akhirat kelak. 

Karena itu, umat Islam sekarang ini jauh lebih membutuhkan munajat tersebut ketimbang Nabi Ayyub As sendiri. Pada kasus Nabi Ayyub, kata Nursi, ulat-ulat yang berasal dari luka borok menyerang wilayah hati dan lidah beliau. Sementara pada diri umat Islam, keragu-raguan dan was-was yang timbul dari luka-luka disebabkan oleh dosa yang diperbuat, menyerang inti hatinya yang merupakan tempat iman, sekaligus menggoyahkan iman itu.

Nursi melanjutkan, luka-luka itu juga menyerang lidah yang merupakan juru bicara iman sehingga melenyapkan kelezatan spiritual zikir dan senantiasa menjauhkan lidah dari zikir kepada Allah sampai membuatnya benar-benar tidak bisa berzikir lagi.

"Ya, dosa telah menerobos masuk ke dalam hati serta meluaskan cengkeramannya ke seluruh penjuru, dan terus-menerus menyebarkan bintik-bintik hitam hingga iman yang ada di dalamnya keluar. Dengan demikian, hati akan gelap dan terasing sehingga menjadi kasar dan keras. Sesungguhnya dalam setiap dosa, ada jalan menuju kekufuran. Jika dosa tidak segera dihapus dengan istighfar, maka ia akan berubah menjadi ulat-ulat, bahkan ular-ular maknawi yang siap menggigit dan menyakiti hati," jelas Nursi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement