REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung
Sejatinya, manusia adalah makhluk paling mulia dengan segala perangkat keras dan lunak yang dianugerahkan Allah SWT. Namun, di sisi lain, manusia juga sering terbelenggu oleh penyakit psikis, sehingga tidak dapat menjalankan tugas kekhalifahan dan kehambaan dengan baik.
Nabi Muhammad SAW pun mohon perlindungan dari delapan penyakit batin, yakni al-hammun (gundah), al-huznun (sedih), al-ajzun'(lemah), al-kaslun (malas), albukhlun (kikir), al-jubnun (pengecut), ghalabah ad-daiin (lilitan utang), dan ghalabah al- `aduw (penindasan musuh) (HR Ahmad). Allah SWT melekatkan kemalasan dengan kemunafikan, yakni enggan menu naikan shalat dan infak (QS at-Taubah [9]:54).
Dalam Tafsir Ringkas Kemenag dijelaskan bahwa yang menyebabkan infak orang munafik tidak diterima Allah ialah karena mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Kalaupun mereka shalat dilakukan dengan malas. Ketika dilihat orang mereka shalat, tetapi jika sendirian ditinggalkan. Juga, mereka berinfak karena riya` dan suma'ah.
Setidaknya ada empat tanda kemalasan dalam perilaku keseharian, yakni: Pertama, suka sembarangan. Setiap Muslim harus tertib, terarah, dan tekun, baik dalam aktivitas ibadah maupun muamalah. Islam menuntun kita beriman dan teratur agar menggapai kehidupan yang baik. Allah SWT senang kepada orang yang bekerja dengan ketekunan (itqan) dan tidak suka orang yang asal-asalan dan tidak memenuhi standar mutu (QS an-Nahl [16]: 97).
Kedua, suka menunda. Setiap Muslim diperintahkan menghargai waktu dengan aktivitas yang positif. Disiplin dalam kerja dan ibadah seperti shalat di awal waktu sangat disukai Allah SWT (HR at-urmudzi).Orang yang suka menunda tidak akan mampu menyelesaikan tepat waktu.Bahkan, jika selesai suatu pekerjaan, maka segera melanjutkan tugas yang lain (QS al- Insyirah [94]: 7).
Ketiga, suka menghindar. Setiap Muslim diberi amanah yang mesti dikerjakan dengan tanggung jawab (HR Bukhari).Orang malas suka menghindar dan men cari-cari alasan atau melemparkan kesalahan kepada yang lain. Siapa yang abai akan tugas kecil, maka ia akan meremehkan yang besar. Orang tersebut tidak layak diberi kepercayaan (QS al-Isra [15]:36).
Keempat, suka mengeluh. Setiap Muslim hanya boleh mengeluh kepada Allah manakala menghadapi masalah. Suka mengeluh kepada manusia adalah sifat yang buruk. Jika mendapat tugas yang kecil disepelekan, tetapi jika diberi tugas besar ia berkeluh kesah dan pesimis yang membuatnya lemah dan putus asa.Padahal, selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan (QS al-Insyirah [94]: 5-6).
Petuah Prof KH Didin Hafidhuddin dalam buku Membangun Kemandirian Umatbahwa menjadi umat yang kuat dituntut kesungguhan disertai permohonan kepada Allah, tidak boleh lemah dan frustrasi menghadapi kesulitan. Disiplin dalam tugas, belajar dan mengajar serta mengatur kegiatan berlandaskan manajemen yang rapi (HR at-Tabrani).
Walhasil, tiada kesuksesan bagi orang malas, selain penyesalan di dunia dan akhirat. Bersungguh-sungguhlah, jangan malas dan abai, sebab penyesalan adalah hukuman yang pantas bagi orang malas,demikian mahfudzat mengingatkan.Allahu a'lam bish-shawab.